Bagi Dua Ya…



Bismillahirrahmanirrahim…


Fitrah Berbagi dan Kepemilikan pada Anak usia Balita

Day 11 Bunsay Game Level 6

Stimulasi Matematika Logis Anak



Saya akhirnya dengan berbagai pertimbangan, dan tentunya pakai modal nekat juga memutuskan untuk berlangganan program Kodomo Challenge Toddler untuk Haya,  insyaAllah sebuah keputusan yang tidak akan saya sesali kedepannya. Saya tidak akan banyak membahas mengenai program Kodomo Challenge Toddler secara detail si postingan ini. kapan-kapan ya insyaAllah. Hanya saja sebagai gambaran, saya mendapat paket berisi mainan, majalah bergambar, buku panduan orang tua serta DVD materi yang semuanya relevan setiap bulan selama 12 bulan (jangka waktu satu tahun).
.

Nah, salah satu mainan edukasi yang Haya dapat dalam program Kodomo Challenge Toddler adalah Buku Set Bagi Duaa Yaa. . . lengkap dengan set donat mainan yang sudah terbelah dua. Jujur, saya rasakan kehadiran mainan edukasi ini berpengaruh positif dalam perkembangan pemahaman Haya tentang konsep berbagi dan juga kepemilikan.
.
Sejujurnya, sepanjang penagamatan saya belajar bersama Haya selama ini, bahwa pada dasarnya anak-anak, terutama usia balita sampai 7-8 tahun itu sudah terinstal fitrah kepemilikan dan berbagi. Jadi, konsep kepemilikan dan masalah berbagi itu sudah ada fitrahnya pada diri setiap anak. Tugas orang tua sebenarnya hanyalah perlu untuk merawat, memupuk dan menjaga serta menguatkan akarnya agar anak semakin matang memahami dengan sebenar-benarnya kedua konsep tersebut (berbagi dan kepemilikan).
.
Tanpa perlu diajari, anak-anak belajar sendiri masalah konsep kepemilikan. Saya belajar dari Haya bahwa, dia mengamati sesuatu benda yang sering saya dan suami pakai. Jadi, benda-benda yang sering saya pakai itu, sederhananya olehnya dimaknai sebagai benda milik saya, yang artinya seharusnya tidak boleh dipakai atau digunakan oleh orang lain, termasuk ayahnya. Seperti konsep kepemilikan pada toddler bahwa kalau punyaku ya punyaku, orang lain nggak boleh pinjem bahkan pegang ataupun sekedar lihat. Benar-benar konsep kepemilikan yang kuat dan sederhana.
.
Namun, terkadang dia menemukan bahwa benda-benda yang sering saya pakai, seperti missal buplen, gunting itu juga kadang dilihatnya dipakai oleh Ayah. Sehingga seringkali timbul komentar darinya, “Lho kok punya Bunda dipakai sama Ayah sih? Atau sebaliknya, Lho kok Bunda make punya Ayah sih?” nah, dari pengalamannya itulah dia pun mulai bingung. Terkadang ada suatu benda yang memang punya Bunda, Cuma dipakai oleh bunda saya, missal baju, sandal, sepatu. Lalu kadang dia juga melihat suatu benda di rumah juga dipakai sama ayah, juga sama bunda. Lalu milik siapakah benda itu sebenarnya ya? Begitulah kira-kira saya mencoba memahami alur berpikir seorang anak.
.
Kelihatan sepele bagi orang dewasa ya, namun menjadi masalah yang mungkin cukup berat bagi anak, dan jika tidak dibimbing dengan baik, maka fitrah konsep kepemilikan yang ada pada diri anak akan menjadi rusak. Ah, kadang saya dapati dia menjerit-jerit protes ketika saya memakai barang yang sering dipakai Ayah. “Nggak boleh, itu punya Ayah, kembalikan!” katanya dan membuat saya garuk-garuk kepala yang tak gatal eh emang gatal ding, hehehe…
.
Kemudian, masalah berbagi. Saat Haya belajar masalah berbagi, dari stimulasi mainan edukasi Berteman Baik dengan Bagi Dua, Donat bagi dua, saya mengamati Haya sering membagi sesuatu yang ia miliki. Missal, kalau ada makanan, maka dia selalu bilang, “ini buat Bunda, ini buat Haya,” sembari membagi dua makanannya. Pengalaman kemarin adalah saat makan buah Tin. Dia membaginya menjadi dua, lalu menyerahkan potongannya kepada saya. Dia kemudian memakan potongan buah Tinnya sementara saya menunggunya makan. Saya coba tawarkan lagi potongan buah Tin yang ia berikan pada saya, “Ini buat Haya aja, dimakan lagi buahnya,” kata saya. Haya menjawab. “Nggak, itu buat Bundaa.. buat Bundaa,” katanya. masaya Allah nak.
.
Pengalaman kedua lagi, saat saya mengupas buah salak. Di dalamnya ada 3 buah salak besar. Dia pun membaginya, “Ini buat Bunda,” katanya sambil menyerahkannya kepada saya. “Ini buat Haya,” mengambil satu untuk dirinya sendiri dan dia menunjuk sisanya, “Itu buat Ayah,” katanya sambil tersenyum. Kami memakan buah salak itu bersama. Lalu katanya lagi sambil menunjuk satu buah salak yang masih tersisa, “Itu buat Ayah ya..” katanya. Saya mengangguk. Dalam hati, sebenarnya saya masih pengen. Hihi. Masih ada sisa satu buah salak lagi di kulkas dan ketika saya ingin mengambilnya, nggak dibolehin Haya. Lalu katanya lagi, “Itu, salaknya Ayah buat Ayah….”  “Ya sayaang… kalau begitu disimpen ya,” kata saya sembari memasukkannya ke dalam kulkas. Haya mengangguk lalu membantu saya membereskan sisa-sisa kulit salak yang habis kami makan bersama. Setelah itu, kami main bersama dan tak lama kemudian, ayah pun pulang. Demi mengetahui ayahnya pulang, yang dilakukan Haya adalah lari menuju kulkas, membuka pintu kulkas dan mengambil salak yang tadi disimpan untuk Ayah. Lalu dia berlari menuju pintu sembari menyambut Ayah pulang, “Yaah… Yah.., ini buat Aaayaaah…” katanya riang sambil menyerahkan sebiji buah salak. Masya Allah tabarakallah nak, dan Bunda pun amat terharu.
.
Ternyata semakin diselami, malasah kepemilikan dan berbagi ini perlu perhatian mendalam bin khusus. Karena berdampak pada hal-hal yang lain. Maksud saya, kalau kita bisa menyelami pikiran anak dengan baik, maka kita akan bisa membantunya melewati fase pemahaman konsep kepemilikan dan berbagi dengan baik.
.
Sebaiknya, barang-barang milik anak dipisah dengan milik orang tua, seperti baju di lemari bajunya sendiri, rak buku khusus untuknya, baju, dan beberapa hal-hal lain yang memang jelas-jelas bisa diidentifikasi bahwa itu memang mutlak miliknya. Nah, jika anak sudah memiliki kejelasan tentang, oh ini adalah barang-barangku, milikku, maka kita sebagai orang tua mulai bisa mengajarkan kepada anak untuk bisa menjaga dan merawat barang-barang miliknya. Contoh sederhananya adalah merapikan mainan-mainannya kembali ke tempatnya semula setelah dipakai. Anak usia 3 tahunan bisa diajarkan untuk melipat bajunya sendiri lalu memasukannya ke dalam lemari bajunya sendiri.
.
Mengetahui hak miliknya serta merawat dan menjaga kepemilikannya. Nah menurut saya jika anak paham konsep hak kepemilikan dengan baik, maka insyaAllah mungkin mudah bagi orang tua untuk mengajarinya konsep tentang berbagi atau tentang pinjam meminjam.
.
Ya, kau punya barang ini. barang-barang ini milikmu, lalu ada hal lain yang bisa kau lakukan dengan barang-barang milikmu, yaitu membaginya atau meminjaminya dengan yang lain. Berbagi misalnya dalam bentuk makanan atau jajan, pinjam meminjam dalam bentuk mainan. Mana yang ingin kamu bagikan, mana yang ingiin kamu pinjamkan. Tapi, jika anak belum mau berbagi, belum mau meminjamkan,, ya tidak apa-apa. Karena itu memang haknya. Marena secara teori yang ada memang anak balita itu, khususnya usia toddler (2-3 tahunan) sedang berada pada masa egosentris.
.
Menurut catatan Kiki Barkiah sendiri, dalam bukunya Satu Atap Lima Madrasah, bersasar pengalaman Kiki Barkiah sendiri yang mengasuh kelima anaknya di rumah (home schooling), masalah-masalah kepemilikan, berbagi jika tidak diajarkan dengan benar, dipahamkan dengan benar, ya itulah, nanti kedepannya saat anak dewasa bisa memicu hal-hal lain seperti bibit-bibit korupsi, berkenaan dengan hak-hak asasi orang lain. masyaAllah… dampaknya bisa dahsyat. Jadi merasa tertampar-tampar sendiri saya membaca catatan Kiki Barkiah yang ditulis dengan bahasa sehari-hari yang sederhana namun sarat makna dan pembelajaran dalam pengasuhan anak.
.
Jadi ibuk-ibuk semua, pengingat untuk diri saya sendiri, jangan pernah sepelekan, remehkan masalah anak-anak sekecil apapun itu. Pertanyaan bawel anak-anak tentang segala sesuatu, jangan dijawab ngasal saja. Ya Allah… jangan pernah berpikiran dalam pikiran kita, “ah.. namanya masih anak-anak, gapapa. Cuma masalah anak-anak, gapaplah.” Ya Allah, sepele bagi kita, mungkin iya. Tapi betapa berarti besar, bermakna luas bagi pandangan mereka anak-anak kita yang sedang belajar tentang dunia yang sangat luas dan kompleks ini.


.

Note:

Konsep matematika logis yang dikenalkan pada sesi ini:

Konsep kepemilikan benda dan berbagi barang dengan teman yang lain.



#hari11
#gamelevel
6
#tantangan10hari
#
ilovemath
#
matharoundus
#kuliahbundasayang


@institut.ibu.profesional





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hujan Rintik-rintik, Airnya Bergelombang

Membuat Es Krim Bersama Ayah

Jalan-jalan Ke Jogja