Nanti Beli Ya...
Bismillahirrahmanirrahim...
Day 01 Bunsay Game Level 8
Membangun Kebiasaan Baik pada Anak tentang Pengelolaan Uang
Tak terasa sudah masuk level 8 di kelas Bunsay ini. Kali ini tema di level ini adalah membahas tentang cerdas finansial pada anak, yakni mengenai pengelolaan keuangan pada anak.
Ah, padahal emak sendiri sampai kini juga masih harus banyak belajar tentang pengelolaan uang harian nak. Kalau begitu, marilah kita belajar bersama-sama ya nak.
Alhamdulillah sedikit aliran rasa, saya bersyukur sekali tentang materi dalam level-level Bunsay yang telah saya lalui, saya bersyukur fasenya cukup pas sesuai dengan tahap perkembangan putri saya yang kini baru saja berusia 3 tahun.
Sebagaimana kita tahu bahwa usia emas anak adalah masa-masa yang bisa dibilang challenging sekali. Masa pengenalan segala sesuatunya yang akan direkam anak sebagai pijakan pola berfikirnya hingga masa-masa mendatang nanti. Jadi sebenarnya kalau boleh dibilang ya masa hati-hati sekali mengajarkan dan mengenalkan segala sesuatunya ke anak. Ajaran-ajaran kita, apa yang kita sampaikan dan contohkan ke anak akan membekas dalam otaknya, otak bawah sadarnya. Walaupun mungkin dia tak akan bisa mengingatnya dengan baik, tapi dia masih akan tetap bisa merekam rasa, emosi yang dia tangkap pada saat itu, saat momennya.
Maka, saya mengamini sekali apa yang disampaikan oleh Bunda Risma tentang pengajaran sesuatu pada anak usia dini.
"Pintar itu ada masanya, yang penting bagi anak usia dini adalah memberi rasa bahagia pada mereka," yaitu anjuran untuk tidak menjejali anak usia dini dengan hal-hal yang memberatkan atau membebankan mereka untuk bisa membaca, berhitung, pintar iini, itu, bahasa asing, daan lain sebagainya.
Boleh sekedar pengenalan, kata Abah Ihsan dulu saat saya mengikuti seminar PSPA di akhir tahun 2017, "yang namanya pengenalan itu kan sekali-kali ya. Kenalan. Bukan pembiasaan. Contohnya, maaf ya. Pengenalan Shalat Dhuha pada anak. Yang namanya pengenalan ya sekali-sekali. Jadwalnya harusnya seminggu sekali cukuplah dibikin 2 kali shalat Dhuha. Lha ini kadang ada yang tiap hari. Trus aturannya ketat lagi. Takutnya ntar anak jadi bosan kalau pas besar buk, pak," begitu ujaran Abah Ihsan yang membuat sak mak jleb. Iya juga ya...
Tarik nafas dalam-dalam. Slow but suree.. sama anak mencoba slow, kalem tapi tegas. Eh, piye ya? Skill tingkat tinggi untuk bisa jadi orang yang kalem tapi tegas sama anak yaa. Hehe, makanya terus semangat belajar dan belajar menjadi orang tua yang baik, hebat, orang tua pembelajar.
Nah, kembali ke masalah financial. Dalam bukunya "Sudahkah Aku Menjadi Orangtua Shaleh", Abah Ihsan juga menyebutkan bahwa selama ini yang sering terjadi adalah banyak orang tua yang mengajarkan saving (menabung) kepada anak tapi tidak mengajarkan investing (membelajakan) uang dengan baik, benar dan bijak pada anak. Jadi, akhirnya anak kurang pandai mengelola uang saat dia punya banyak uang. Bingung malah saat punya banyak uang buat apa. Jatuhnya habis tok untuk belanja atau beli kebutuhan. Nah, itu juga yang saya rasakan kini saat dewasa. Dan tentu saja saya tak ingin hal yang sama terjadi pada anak saya. Karena itulah sedari dini ingin mengajarkan tentang konsep uang dan pengelolaan uang yang benar pada anak.
Nah, yang menjadi tantangan saya sekarang ini adalah, kebiasaan yang sudah sedikit terlanjur pada si kecil ketika meminta atau menginginkan sesuatu, yaitu dia sudah seringkali otomatis bilang, "nanti beli ya..." saat dia ingin sesuatu dan barangnya tidak ada atau habis. Karena, ya dia otomatis meniru ayahnya yang juga suka mengucapkan hal itu. "Nanti beli..." "Nanti beli..." saat ayahnya dimintai sesuatu olehnya, dan bahkan ada sebuah momen menggelikan dulu pada masa sapih, ketika saya bilang pada putri kecil saya, "Haya udah ndak mimi Bunda lagi ya, udah besar.." sounding saya pada putri saya yang berusia 26 bulan dan jawaban yang saya terima sungguh mengejutkan, "Ooh... mimi bunda habis ya, gapapa, nanti beli dulu ya...beliin ayah" #tepokjidat deh (Emangnya galon dek, yang bisa diisi ulang, huhuhu...) Memang, karena sudah tuntas dua tahun bahkan lebih alhamdulillah masa menyusui, jadi akhirnya produksi asi saya juga lambat laun berkurang dengan sendirinya, dan Haya sepertinya merasakan itu kalau saat mimi asinya sudah tidak sebanyak dulu.
Jujur, hal ini sampai sekarang menjadi tantangan tersediri bagi saya. Bahkan saya sudah pernah menyampaikan secara baik-baik sama ayahnya, dan memang beliau sedikit mengakuinya. Iya juga ya, kebiasaan nggak baik. Eeh, tapi tetap terulang lagi. Kata-kata "nanti beli yaa..." itu masih sering terucap dan terdengar.
Saya sendiri masih mencari cara yang tepat agar hal yang sudah seringkali terjadi itu tidak berlanjut atau bisa disikapi dengan bijak. Btw, teman-teman yang sempat membaca tulisan saya ini, bolehlah minta sarannya ya.. hehehe...
#hari01
#gamelevel8
#tantangan10hari
#cerdasfinansial
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
Day 01 Bunsay Game Level 8
Membangun Kebiasaan Baik pada Anak tentang Pengelolaan Uang
Tak terasa sudah masuk level 8 di kelas Bunsay ini. Kali ini tema di level ini adalah membahas tentang cerdas finansial pada anak, yakni mengenai pengelolaan keuangan pada anak.
Ah, padahal emak sendiri sampai kini juga masih harus banyak belajar tentang pengelolaan uang harian nak. Kalau begitu, marilah kita belajar bersama-sama ya nak.
Alhamdulillah sedikit aliran rasa, saya bersyukur sekali tentang materi dalam level-level Bunsay yang telah saya lalui, saya bersyukur fasenya cukup pas sesuai dengan tahap perkembangan putri saya yang kini baru saja berusia 3 tahun.
Sebagaimana kita tahu bahwa usia emas anak adalah masa-masa yang bisa dibilang challenging sekali. Masa pengenalan segala sesuatunya yang akan direkam anak sebagai pijakan pola berfikirnya hingga masa-masa mendatang nanti. Jadi sebenarnya kalau boleh dibilang ya masa hati-hati sekali mengajarkan dan mengenalkan segala sesuatunya ke anak. Ajaran-ajaran kita, apa yang kita sampaikan dan contohkan ke anak akan membekas dalam otaknya, otak bawah sadarnya. Walaupun mungkin dia tak akan bisa mengingatnya dengan baik, tapi dia masih akan tetap bisa merekam rasa, emosi yang dia tangkap pada saat itu, saat momennya.
Maka, saya mengamini sekali apa yang disampaikan oleh Bunda Risma tentang pengajaran sesuatu pada anak usia dini.
"Pintar itu ada masanya, yang penting bagi anak usia dini adalah memberi rasa bahagia pada mereka," yaitu anjuran untuk tidak menjejali anak usia dini dengan hal-hal yang memberatkan atau membebankan mereka untuk bisa membaca, berhitung, pintar iini, itu, bahasa asing, daan lain sebagainya.
Boleh sekedar pengenalan, kata Abah Ihsan dulu saat saya mengikuti seminar PSPA di akhir tahun 2017, "yang namanya pengenalan itu kan sekali-kali ya. Kenalan. Bukan pembiasaan. Contohnya, maaf ya. Pengenalan Shalat Dhuha pada anak. Yang namanya pengenalan ya sekali-sekali. Jadwalnya harusnya seminggu sekali cukuplah dibikin 2 kali shalat Dhuha. Lha ini kadang ada yang tiap hari. Trus aturannya ketat lagi. Takutnya ntar anak jadi bosan kalau pas besar buk, pak," begitu ujaran Abah Ihsan yang membuat sak mak jleb. Iya juga ya...
Tarik nafas dalam-dalam. Slow but suree.. sama anak mencoba slow, kalem tapi tegas. Eh, piye ya? Skill tingkat tinggi untuk bisa jadi orang yang kalem tapi tegas sama anak yaa. Hehe, makanya terus semangat belajar dan belajar menjadi orang tua yang baik, hebat, orang tua pembelajar.
Nah, kembali ke masalah financial. Dalam bukunya "Sudahkah Aku Menjadi Orangtua Shaleh", Abah Ihsan juga menyebutkan bahwa selama ini yang sering terjadi adalah banyak orang tua yang mengajarkan saving (menabung) kepada anak tapi tidak mengajarkan investing (membelajakan) uang dengan baik, benar dan bijak pada anak. Jadi, akhirnya anak kurang pandai mengelola uang saat dia punya banyak uang. Bingung malah saat punya banyak uang buat apa. Jatuhnya habis tok untuk belanja atau beli kebutuhan. Nah, itu juga yang saya rasakan kini saat dewasa. Dan tentu saja saya tak ingin hal yang sama terjadi pada anak saya. Karena itulah sedari dini ingin mengajarkan tentang konsep uang dan pengelolaan uang yang benar pada anak.
Nah, yang menjadi tantangan saya sekarang ini adalah, kebiasaan yang sudah sedikit terlanjur pada si kecil ketika meminta atau menginginkan sesuatu, yaitu dia sudah seringkali otomatis bilang, "nanti beli ya..." saat dia ingin sesuatu dan barangnya tidak ada atau habis. Karena, ya dia otomatis meniru ayahnya yang juga suka mengucapkan hal itu. "Nanti beli..." "Nanti beli..." saat ayahnya dimintai sesuatu olehnya, dan bahkan ada sebuah momen menggelikan dulu pada masa sapih, ketika saya bilang pada putri kecil saya, "Haya udah ndak mimi Bunda lagi ya, udah besar.." sounding saya pada putri saya yang berusia 26 bulan dan jawaban yang saya terima sungguh mengejutkan, "Ooh... mimi bunda habis ya, gapapa, nanti beli dulu ya...beliin ayah" #tepokjidat deh (Emangnya galon dek, yang bisa diisi ulang, huhuhu...) Memang, karena sudah tuntas dua tahun bahkan lebih alhamdulillah masa menyusui, jadi akhirnya produksi asi saya juga lambat laun berkurang dengan sendirinya, dan Haya sepertinya merasakan itu kalau saat mimi asinya sudah tidak sebanyak dulu.
Jujur, hal ini sampai sekarang menjadi tantangan tersediri bagi saya. Bahkan saya sudah pernah menyampaikan secara baik-baik sama ayahnya, dan memang beliau sedikit mengakuinya. Iya juga ya, kebiasaan nggak baik. Eeh, tapi tetap terulang lagi. Kata-kata "nanti beli yaa..." itu masih sering terucap dan terdengar.
Saya sendiri masih mencari cara yang tepat agar hal yang sudah seringkali terjadi itu tidak berlanjut atau bisa disikapi dengan bijak. Btw, teman-teman yang sempat membaca tulisan saya ini, bolehlah minta sarannya ya.. hehehe...
#hari01
#gamelevel8
#tantangan10hari
#cerdasfinansial
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
Komentar
Posting Komentar