Belajar Mengidentifikasi Arah dengan Sepeda Dorong
Bismillahirrahmanirrahim…
Kadang, hal-hal yang kita lakukan dalam keseharian bersama anak, kalau kita nggak sepenuhnya sadar, hal-hal itu bisa menjadi sarana belajar, stimulasi yang baik untuk perkembangan anak. Maka daripada itu, orang tua memang harus senantiasa belajar.
Seperti pagi ini. Saat saya mengajak Haya keluar, niatnya belanja beli ikan lele di warung tetangga dekat rumah yang jualan sayur, eh ibuknya lagi nggak ada persediaan lele. Nah, kebetulan disitu, cucu ibu pemilik warung yang baru umur satu tahun, lagi pakai sepeda, didorong sama ibuknya sambil makan. Nah, udah deh otomatis Haya pun minta.
“Bunda.. sepeda,” katanya sambil menunjuk ke arah Keke, adik bayi yang lagi naik sepeda babynya.
“Yuk, kalau begitu ambil sepeda dulu di rumah,” kata saya.
Akhirnya, kami berdua pulang ke rumah, ambil sepeda dan mulailah saya mendorong sepedanya. Btw, sepeda dorong jaman sekarang canggih, kata saya. Tongkat dorongnya bisa untuk mengatur arah, mau lurus, belok kanan atau belok kiri. Mantaplah, biar emak nggak repot.
Nah, trus karena Haya sudah kuat mengendalikan setang, tapi belum bisa mengayuh sepeda sendiri, maka otomatis tetap harus saya dorong. Disitu muncullah ide untuk melatih persepsi arah pada Haya.
“Yuuk.. jalaaan…” kata saya pada Haya. Dia pun menekan tombol music sepdanya dan mengalunlah irama nada lagu-lagu anak. Hohoho…
Saat bertemu dengan perempatan, saya pun memberi aba-abah sambil terus mendorong sepedanya pelan-pelan, “belok kanan..kanan…” dan Haya pun membelokkan sepedanya ke kanan. Ah, iya berarti ia sudah tahu dan paham. Oh, emak terharu. “Proud of you, nak.”
“Lurus..lurus..” kata saya ketika kami bertemu perempatan jalan lagi.
“Belok kanan sedikit..” kata saya saat sepedanya terlalu mepet ke kiri.
“lurus lagi..”
“Stoop.., berhenti disini..”
“Turun..”
“Naik lagi..”
“Belok kiri…”
“Majuu teruss..”
Dan Haya pun mengikuti instruksi yang saya berikan. Dari kegiatan sederhana ini, yang kalu kita nggak ngeh, ya biasa aja jadinya. Tapi saya menjadikan kegiatan ini sebagai sarana pengalamatan stimulasi anak, bahwa ternyata Haya di usianya 32 bulan ini terbilang sudah bisa memahami persepsi arah dengan baik. Alhamdulillah tabarakallah ya nak.
Nah, hal-hal yang mungkin kadang dianggap sepele bagi orangtua, ternyata ini akan berdampak nanti pada saat ia mulai tumbuh besar. Saya juga baru tahu bahwa, dalam buku Tuntas Motorik karangan Bu Ani Christi, konsep persepsi arah yang baik pada anak akan membantu ia nanti dapat belajar menulis abjad huruf dengan benar.
Pernah tahu mungkin dari cerita tetangga atau saudara, ada anak yang masih terbolak balik menulis huruf maupun angka antara b dan d, p dan q, angka 5, 4 atau 2 ditulis kebalik, pokoknya masih salah nulis?
Nah, ternyata yang harus dikoreksi dan dilatih adalah kecermatan ia tentang persepsi arah. Bukan lantas menyuruh anak berlatih menulis huruf b dengan benar sebanyak-banyaknya, bukan itu. Namun, yang harus dibenahi pertama kalinya adalah konsep ia tentang persepsi arah.
Kiri, kanan, lurus, atas, bawah, samping, serong kiri, serong kanan, maju, mundur. Sepele dan sederhana bukan? Bagi orang dewasa mungkin iya. Tapi tidak bagi anak-anak kita. Penting bagi anak-anak tapi kalau kita sebagai orang tua nggak ngeh ya.. sudah.. kegiatan itu akan jadi sesuatu yang monoton bagi kita padahal jika kita mau mengemasnya lebih baik akan jadi sesuatu yang waow amazing bagi anak dan memberi dampak yang luar biasa.
Makanya kenapa ilmu pengetahuan itu penting, belajar itu penting, walau yang namanya belajar nggak harus duduk di bangku sekolah. Belajar bisa dimana saja, kapan saja, dengan siapa saja.
Anak-anak memang banyak geraknya, tapi sebagai orang tua, kitalah yang mengarahkan, memberi petunjuk, mendampingi dan membimbing mereka.
Mereka suka bergerak? Yuk ajak senam sederhana sambil memahami konsep arah.
Goyang ke kanan, goyang ke kiri. Tangan di atas, tangan ke depan…
Seru bukan?
Well,
#hari2
#gamelevel3
#tantangan10hari
#gayabelajaranak
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
Komentar
Posting Komentar