Belajar Macam-macam Emosi dari Buku Emosi
Bismillahirrahmanirrahim…
"Kakak Takut Apa ini Bunda?"
Salah satu hal yang kami ajarkan kepada Haya sejak dini adalah melatih kemandirian kepada Haya, seperti merapikan mainan sendiri, membuang sampah sendiri, meletakkan barang-barang kepada tempatnya semula, dan lain-lain.
Seperti kemarin, setelah dia makan permen dan jajan, biasanya dia meminta tolong saya untuk membukanya. Setelah saya buka permennya, saya memintanya untuk membuang bungkusnya ke tempat sampah. Kemudian dia bilang, “takuut..” katanya. saya mengernyit.
“Takuut apa? Kan biasanya juga berani,” kata saya.
“Takuut itu.. cicak..”katanya sambil menunjuk kearah bawah kulkas.
Posisi tempat sampah di rumah kami ada di dapur, di bawah wastafel. Untuk menuju kesana, Haya harus melewati kamar mandi dan juga deretan kulkas, lemari penyimpan bahan makanan dan rak piring. Nah, di bawah kulkas, biasanya suka muncul si cicak yang suka bersembunyi dan mencari ceceran makanan di sekitar situ. Sudah beberapa kali memang Haya melihat cicak yang kadang suka slundap-slundup dari bawah kulkas. Bahkan kemarin, saya mencoba mengajaknya kasih makan cicak yuk, dengan sengaja menaruh beberapa butir nasi di dekat kulkas. Dan memang benar, tak berapa lama, si cicak punmuncul dari bawah kulkas dan sukses menggondol nasi yang kami taruh tadi. Haya terlihat senang tapi juga sedikit takut. Hehe..
Baik, kembali ke masalah buang sampah tadi.
“Eh, cicaknya udah nggak ada. Udah masuk lagi. Yuk, dibuang bungkus permennya,”kata saya lagi. Haya pun akhirnya beranjak membuang bungkus permen di tempat sampah, dan ie kembali berlari menemui saya.
“Horee.. berhasil,” kata saya. “Haya berani kok..” lalu saya merentangkan kedua saya dan Haya berlari memeluk saya.
“Ehmm.. anak pintar, anak berani. Haya bisa buang sampah sendiri,” kata saya memujinya.
“Oh ya.. yuk baca buku ini..” tiba-tiba saya ingat tentang buku Emosi lalu beranjak ke rak buku mengambilnya dan mulai membukanya.
“Lihat ini..,” kata saya sembari menunjukkan gambar di buku.
“Kakak kenapa ya?” tanya saya.
“Kakak takut nenek tua,” jawabnya.
“Iyaa..” kata saya.
“Haya takut nenek tua nggak?” tanya saya. Ia menggeleng. Hehehe..
Lalu kami lanjut melihat-lihat gambar di buku sembari saya memberi penjelasan.
“Lihat yang ini, kakak lagi apa ya?” tanya saya. Haya masih diam sambil mengamati gambar di buku.
“Kakak lagi senang,” jawab saya.
Lalu kami tiba di akhir halaman buku yang ada cermin disitu.
“Coba, Haya bercermin,” kata saya.
“Haya lagi apa ya?” tanya saya. Ia pun bercermin dan melihat bayangannya sendiri.
“Kalo lagi senyum gimana?” tanya saya. Ia pun tersenyum dan meilhatnya di kaca.
“Kalau lagi takut?” tanya saya. Ia pun meurbah ekspresinya yang membuat saya tertawa gemas. Hoho..
“Kalau lagi nangis?” pancing saya lagi. Ahh.. Haya yang pintar bergaya. Saya pun melanjutkan instruksi beberapa nama emosi dan ia mencoba mempraktekannya di depan cermin. Beberapa ekspresi yang ia tunjukkan membuat saya geli dan gemas.
Ya, paling tidak saya tahu, ia sudah tahu beberapa nama emosi dan sudah tahu mengenai ekspresinya. Ah, semangat ya Haya.. terimakasih sudah mau belajar bersama Bunda hari ini. Bunda sayang Hayaaa….
#hari7
#gamelevel3
#tantangan10hari
#myfamilymyteam
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
Komentar
Posting Komentar