Melatih dan Mengelola Emosi Anak dengan Membatasi dan Menunda Keinginan Anak


Bismillahirrahmanirrahim…


Day 11 Level 3 Bunsay Game
"Maaf ya Nak, Belum Boleh Dulu..."
"Maaf ya Nak, Lain Kali Aja yaa..."

Keinginan dan kebutuhan. Dua hal yang berbeda tetapi terkadang banyak orang yang masih salah keliru menafsirkan keduanya. Keinginan adalah suatu hal yang diinginkan oleh diri (lebih kepada nafsu semata) padahal sejatinya hal yang kita inginkan bisa jadi sama sekali tidak butuhkan, jadi jatuhnya bisa menajdi sesuatu yang mubazir. Sedangkan kebutuhan adalah sesuatu yang benar-benar dibutuhkan oleh diri, yang memang harus dipenuhi, adapun waktu dan pemenuhannya bisa jadi variatif, apakah mendesak (harus sekarang juga), atau bisa ditangguhkan nanti, akan tetapi hal itu tetap harus dilakukan. 

Family Project kali ini, saya mencoba melatih dan mengelola emosi anak dengan membatasi dan menunda keinginan anak. Sebenarnya hal ini sendiri juga secara tidak langsung melatih emosi saya juga, agar bisa tega dan tegas mendengar tangikan, rengekan dan bujukan anak yang semakin besar semakin pintar mengekspresikan perasaannya.

Contoh yang sederhana yang saya praktekkan adalah tentang keinginan anak untuk makan permen. Awalnya Haya tidak mengenal permen karena ya tidak kami kenalkan, tapi namanya kita hidup dalam lingkungan masyarakat, akhirnya Haya pun mengenal permen dari orang lain, dari kakak tetangga, dari teman main, dari lain-lain. Kami pun akhirnya memberikan permen dalam potongan kecil kepada Haya, menghindari agar tidak tersedak dalam mulutnya dan tentunya dengan sepengetahuan kami dan bisa dihitung jari.

Lebaran kemarin, ia mulai mengenal beragam permen termasuk permen jelly Yupi, yang menjadi favorit anak-anak. Bahkan, ia sempat mendapat satu kantong penuh permen Yupi dari salah satu kerabat kami. Atas nama menghormati pemberian, kami pun tak bisa menolak. Kami kasih beberapa bungkus kepada Haya dan kami coba sembunyikan sisanya. Sementara aman. 

Tapi, ternyata beberapa waktu kemudian, ia menemukannya. Lalu terjadiah drama. Ia tahu dan ia sudah ingat kalau ia masih memiliki permen Yupi dalam jumlah banyak. Maka, mulailah ia merengek meminta permen Yupi. Saya kasih satu. Ia minta dua. Saya kasih dua, ia minta lagi. Saya memberi toleransi tiga saja. Memberinya pengertian. Tapi, setelah dikasih tiga ia tak juga diam, terus merengek dengan berbagai cara. Akhirnya, emak yang memang sedang tak focus, emosi emak pun lagi labil, tak tahan dengan rengekan anak, membolehkannya makan Yupi sebanyak yang ia mau. Huhuhu… what a shame but it did happen. Sigh…


Lain kali, masalah hape. Di rumah kami juga sebisa mungkin membatasi penggunaan hape. Kami sebagai orang tua tahu, anak-anak itu meniru orang tua. Kalo sekali-kali pegang hape sebentar anak pun biasa saja. Tapi memang kalau orang tua kelamaan pegang hape, anak pasti protes, biasanya mereka pun mulai merebut hape kami. Kadang, kami pun membolehkannya asal masih dalam pengawasan. Kalau Haya pinjam hape saya, biasanya dia hanya buka gallery yang isinya foto-foto dan video-video yang saya ambil tentang dirinya. Kami biasanya menonton bersama sambil saya mengajaknya ngobrol tentang video yang kami tonton bersama.

“Eh, itu Haya sedang apa ya? Main apa ya?” dan lain sebagainya.

Nah, kalau dia pinjem hape Ayah, itu artinya dia bisa main you tube, karena ya begitu kebiasannya sih. Kalau Ayah meminjamkan hape kepada Haya biasanya dikasih you tube, jadi keterusan sampai sekarang. 

Sore ini, dia tantrum meminta lihat hape Ayah, bilangnya mau lihat ikan, padahal nanti kalau dikasih hape Ayah, ya sudah susah untuk diminta kembali. Saya melarangnya pinjam hape Ayah karena sebelumnya dia sudah pinjam hape saya untuk menonton foto dan video. Selain itu, dia juga sudah mengantuk. Dia menangis semakin keras, tapi apapun itu, saya sudah meneguhkan diri bahwa dia tak akan mendapatkan hape Ayah. 

“Silahkan kalau mau nangis, Bunda tak akan kasih hape Ayah karena ini waktunya Haya tidur,” kata saya. Dia menangis semakin keras. Akhirnya ia lari menuju Ayah. Oleh Ayahnya ia digendong dan lama-kelamaan ia akhirnya tertidur.

Begitulah sebenarnya, ketika kita mengajarkan dan melatih sesuatu kepada anak, sebenarnya kita sedang melatih diri kita sendiri. Berhasilkah kita melatih dan mengontrol diri? Jika belum, maka mungkin perlu evalusi, banyak belajar lagi, jika kita sendiri belum tuntas melatih dan mengontrol diri, bagaimana kita akan bisa memberi taudalan yang baik untuk anak? Ya Allah… tunjuk diri sendiri. 

Anyway, tetap semangat buuuk…


#hari11
#gamelevel
3
#tantangan10hari
#
myfamilymyteam
#kuliahbundasayang


@institut.ibu.profesional


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hujan Rintik-rintik, Airnya Bergelombang

Membuat Es Krim Bersama Ayah

Jalan-jalan Ke Jogja