Berkunjung ke Rumah Eyang


Bismillahirrahmanirrahim…





Hari ini, rencana saya adalah beres-beres rumah, mulai dari kamar, ruang keluarga sampai dapur. Hal ini bagian dari rencana saya untuk mulai mengelola sampah di rumah, hidup zero waste alias minim sampah di rumah. Semoga bisa segera terwujud. Aamiin…

Rencana saya beres-beres juga sambil mengajak anak untuk belajar rapi-rapi barang, belajar klasifikasi macam-macam barang, dan lain-lain.

Eh, ternyata setelah ayahnya berangkat kerja, Haya minta jalan-jalan pagi. Dia memakai sepatu sendiri, lalu memakai tas dan bilang mau pergi sekolah, Bunda. Baiklah kalau begitu, jalan-jalan pagi sekalian saya dulang sarapan. Ya, terkadang memang saya masih mengijinkan diri sendiri untuk menyuapi Haya makan sambil jalan-jalan. Tapi membatasi diri untuk tidak membiasakan anak makan sambil nonton. Kalau di rumah ya, makan apa saja, termasuk camilan tempatnya di dapur, lesehan di sebelah rak piring. Hehehe.. biasanya kalau di rumah, Haya juga lebih memilih untuk makan sendiri tanpa disuapi. Good job nak, tabarakallah.

Okelah. Lanjut. Akhirnya saya pun bersiap juga untuk pergi ke luar rumah. Niatnya sekalian mampir ke tempat Bu RT karena ada urusan yang hendak diselesaikan. Tapi ternyata, ia mengajak terus jalan. Bilangnya mau sekolah dan memang di dekat rumah kami ada Pos PAUD dan hari ini adalah hari pertama masuk. Saya hanya mengikuti saja ke mana Haya berjalan sambil sesekali menyuapinya. Ia memang berjalan ke arah Pos PAUD yang memang terlihat ada kesibukan para guru menyambut hari pertama masuk. Saya kira ia akan mengajak masuk ke halaman teras Pos PAUD yang luas dan banyak mainan disitu, ayunan, jungkat-jungkit, titian dan haling rintang. Tetapi, ia malah mengajak jalan terus. Okelah nak, Bunda ikut saja kalau begitu. 

Lagi-lagi ia bilang saat saya tanya, “Haya mau kemana?”
Ia menjawab sambil berceloteh banyak hal, “mau ke sekolah kakak Endro (tetangga sebelah)” padahal sekolah kakak Endro arahnya berlawanan arah dengan jalan yang kami tuju. Okelah, saya mengiyakan saja. Dia pun terus berjalan dengan riang sambil saya ajak mengamati pemandangan sekitar.

“Burung Bunda,” katanya.
“Itu ada kucing lagi tidur,” gentian saya berkata.
Sampai akhirnya kami tiba di pertigaan jalan, dan ia belok ke arah rumah Eyang Kung yang punya anjing peliharaan jenis pudel warna putih. Kebetulan si Tobi (nama anjingnya Eyang Kung) sedang berada di teras dan ia pun menyalak keras tak henti-henti. Anjing yang tampilannya kalau diam saja itu ya persis kaya boneka anjing menyalak keras ke arah kami. Saya perhatikan Haya. Ia tidak kelihatan takut, cuma menatap anjing itu tanpa berkedip. Anjing itu memakai tali di lehernya yang tidak cukup panjang dan tali itu di ikatkan di kursi yang ada di teras rumah. Saya menemani Haya melihat anjing itu sambil terus menyuapinya. Sampai akhirnya datang seorang ibu muda (sepertinya anak perempuan Eyang Kung) yang habis belanja. Si Tobi menyambut ibu itu dengan ramah, mendengus-dengur keranjang belanja yang dibawa si Ibu.

“Kamu bau ikan ya.. tau aja…” kata Ibu itu seraya mengajak anjing itu masuk ke dalam rumah. Saya pun mengajak Haya meneruskan perjalanan. Makannya sudah habis Alhamdulillah. Ia pun berlari-lari kecil dengan riang hingga sampailah kami di jembatan. Ia menaiki jembatan sambil mencari pus meong. 

“Eh, pus meong?” tanya saya dalam hati.
Oh ya, ini adalah kali kedua kami kesini. Sebelumnya saya sudah pernah mengajak Haya melewati jalan ini beberapa hari yang lalu menuju rumah Eyang Putri, saudara jauh kami yang juga tinggal di Semarang dan saat ini rumahnya tak jauh dari tempat kami tinggal.  Saat mengajak Haya kesini beberapa hari yang lalu dan lewat jembatan ini, memang saat itu ada pus meong di pinngir jembatan. Wah, dia masih ingat ternyata. Ya, tentunya kucingnya sudah nggak ada disini, kalaupun hari ini si pus ada di dekat jembatan itu memang bagian dari takdir Tuhan, hehehe..

Saya menuntun Haya naik jembatan dengan hati-hati. Dari atas jembatan terlihat ada orang yang sedang memancing disitu. Di seberang jembatan itu ada sebuah KB TK yang terdengar sangat ramai oleh celoteh suara anak-anak dan guru yang sedang menenangkan mereka. Kami lewat samping KB TK itu, berhenti sebentar melihat-lihat lukisan binatang yang tergambar di tembok samping bangunan KB TK itu.

“Lihat, ada apa disitu?” tanya saya.
“Gajah Bunda,” katanya.
“Itu ada pus meong lagi apa ya?”
“Lagi bobo pusnya.” Lalu kami berdua tanya jawab tentang binatang apa saja yang terlukis di tembo itu. Setelah puas, kembali kami melanjutkan perjalanan. 

Kali ini, lewat jembatan kedua. Tapi jembatan ini lebih kecil daripada jembatan yang pertama tadi. Dan itu tandanya kami sudah hamper sampai di rumah Eyang.

Saya membiarkan Haya untuk berjalan di depan, sembari mengetesnya apakah ia ingat untuk berbelok ke kiri di perempatan jalan yang ada di depan kami. Ternyata ia masih ragu-ragu. Akhirnya saya pimpin ia belok kiri dan kemudian sampailah kami di rumah Eyang. Ternyata Eyang sedang memasak di dapur. Kami pun menunggu di ruang tamu sambil memainkan lego favorit Haya yang ia bawa dalam tasnya.

Kali ini ia berkreasi sesuka hati. Saya mengomentarinya,
“Waah bagus. Good job. Bikin apa itu ya?” tanya saya.
“Robot tinggi Bunda,” jawabnya. “Oke,” kata saya.
Lalu saya lanjut bertanya mengenai masalah warna, proyek yang memang sedang saya fokuskan untuk Haya. Dan dia masih saja kebolak balik menyebutkan beberapa warna.
Sambil bernyanyi, karena dia sepertinya lebih cepat belajar lewat senandung lagu, saya mengajarinya warna-warna.
“Yellow color Yellow Color Where are you?” saya mulai bernyanyi dan dia menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum.
“This is Yellow. Ini kuning,” kata saya sambil menunjuk balok warna kuning.
Begitulah kami bermain. Selepas itu, Eyang yang sudha selesai masak bergabung dengan kami dan ngobrol sebentar. Kemudian, tak lama Haya minta pulang. Katanya mau sekolah ke tempat kakak Endro (lagi-lagi…)

Nah pulangnya, kami mampir agak lama di KB TK dekat jembatan. Kebetulan sekolahnya sudah sepi, anak-anak sudah pada pulang, tiinggal para guru yang sedang beberes. Haya mengajak saya kesitu karena kebetulan pintu belakang terbuka, akses menuju outdoor playground. Bagaimana anak tidak tertarik, jujur saja ya, menurut saya baru kali ini saya melihat ada KB TK yang punya fasilitas outdoor playground dengan fasilitas yang sangat lengkap. Walaupun arenya tidak begitu luas, namun lengkap.

Baiklah saya daftar dulu. Ada 1 perosotan. 1 kursi putar, 1 ayunan tunggal (model yang biasa ada di pinggir pantai), 3 ayunan anak-anak (model berhadapan), 1 panjat temali, 1 titian, 1 kuda-kudaan, 1 bebek goyang, 1 panjat kubah, dan ada satu lagi yang sepertinya luput dari perhatian saya yang dipojok arena. Lengkap sekali bukan? Di belakang area bermain ada 4 buah kamar mandi dan tempat untuk mencuci tangan dengan 5 buah keras seperti di tempat wudhu masjid.
Plus, area bermain itu sangat sejuk karena dinanungi oleh 2 pohon besar, ditambah lokasi KB TK itu, sampingnya adalah Masjid besar, dan belakangnya ada sungai. Jadi suasanya bisa dibilang masih asri. Maka, eloklah kalu Haya betah disitu lama-lama tak mau saya ajak pulang. Duuh. Saya pun membiarkannya bereksplorasi disitu. Mumpung ada kesempatan. Saat hari beranjak siang, saya ajak Haya pulang tapi dia sepertinya agak enggan. Saya hibur dia dengan menunjukkan pemandangan sepanjang jalan, memberinya pengertian kalau hari sudah siang, matahari bersinar terik. 

Kami pulang ke rumah jalan kaki di tengah terik mentari yang lumayan menyengat. Ya, hitung-hitung berjemur, karena menurut penelitian terkini, sinar matahari yang baik untuk mendapat asupan vit D sekarang adalah berada pada jam 10-12 siang, bukan pagi.  Jadi ya sudah, sekalian saja. Tantangan emak mungkin ketika ketemu orang yang belum paham, “Itu kok anaknya malah diajak panas-panasan.” Hehehe.. selow ajalah dan alhamdulillah jalanan yang kami lewati sepi orang. Ya kan pada males keluar rumah.

Dari pengalaman saya jalan-jalan kali ini bersama Haya, saya amati:


Gaya belajar Visual : Haya bisa mengingat jalan menuju rumah Eyang dengan cukup baik, padahal baru sekali diajak kesana. Haya suka sekali bermain lego atau bongkar pasang dan dia memiliki imajinasi yang sangat baik sekali. Contohnya tadi, tanpa dikasih tau, dia memasang dua buah lego dan bilang ke saya, ini setrika Bunda. Haya mau setrika dulu, sambil memainkan legonya di atas taplak meja di rumah Eyang,
Gaya belajar auditori : Haya suka menyimak pembicaraan, dia mudah membaur dengan orang baru di lingkungan yang asing.
Gaya belajar Kinestetik : kuat diajak jalan-jalan jauh.
Hehe, sementara itu hasil pengamatan saya har ini. Semoga bermanfaat.


#hari7
#gamelevel
4
#tantangan10hari
#
gayabelajaranak
#kuliahbundasayang


@institut.ibu.profesional


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hujan Rintik-rintik, Airnya Bergelombang

Membuat Es Krim Bersama Ayah

Jalan-jalan Ke Jogja