Dua Aja ya Bunda…


Bismillahirrahmanirrahim…



Masih lanjutan dari postingan kemarin, setelah memetik kangkung, lalu bermain role play ala tukang foto dan foto model. Kemudian, Haya yang masih aktif tentunya cepat bosan, beralih dari satu kegiatan ke kegiatan yang lain. Dan tentu saja emak juga harus berfikir cepat untuk mengimbangi keaktifan si anak. 

Kadang memang saya sudah melakukan perencanaan aktifitas apa saja yang akan saya mainkan bersama, namun terkadang hal itu bisa beruah-ubah keseesokan harinya. Banyak factor yang mempengaruhinya, mulai dari si anak sendiri, diri emak sendiri, factor dari lain, lingkungan dan banyak hal lainnya. Oleh karena itu, saya pun harus membuat daftar perencanaan yang matang dengan stok aktifitas yang beragam untuk Haya.

Ada beberapa aktifitas yang memang membutuhkan persiapan yang lumayan, persiapan medianya, tempat dan lain-lain. Ada juga yang memang tidak butuh apa-apa. Pokoknya apapun itu, emak harus siap kan? Emang beginilah tantangan emak sehari-hari.


Saat itu, saat Haya sudah mulai bosan bermain role play, saya pun secepat kilat memikirkan hal lain. Saya menyambar kertas bekas kalender yang sudha tak terpakai, lalu mengajak Haya membuat kapal-kapalan alias perahu kertas.
“Haya, yuk bikin kapal-kapalan,” ajak saya.
Haya menggeleng tanda tak mau. Tapi saya tetap melanjutkan membuat kapal-kapalan. Jadilah 4 buah kapal kertas. Saya bermaksud mengajaknya bermain kapal laju di selokan depan rumah yang lumayan bersih, aliran airnya juga lancar. Haya tetap tidak merasa tertarik. Ia sedang asyik berada di depan keranjang mainannya, entah apa yag dia lakukan.

Saya beranjak keluar.
“Yuk, mau ikut nggak? Tanya saya.” Ia mendongak dan menyusul saya menuju pintu keluar.
“Eh, sebentar, Bunda minta tolong ambilkan kapal kertas satu aja ya. Yang tadi Bunda buat.” Kata saya.

Haya beranjak menuju samping rak buku tempat kapal-kapal kertas tadi berada.
“Dua aja ya Bunda,” dia malah menawar dan mengambil dua buah kapal kertas.
Saat itu saya sedikit tertegun dan bangga. Oke, jadi dia sudah bisa menawar dan dia sudah tahu konsep bilangan dua. Alhamdulillah..
“Satu buat Haya, satu buat Bunda,” katanya. ah.. Haya, saya pun jadi terharu.

Tapi, endingnya nggak jadi main kapal laju, karena saat kami keluar, kakak tetangga sebelah keluar. Haya malah minta main sama kakak. Ya sudahlah kalau begitu. Kapalnya disimpan dulu untuk main Kapal Laju kapan-kapan ya nak.

Dalam peristiwa ini, yang saya simpulkan dan pelajari tentang Gaya Belajar Haya:
Gaya Belajar Visual : Haya melihat ada empat buah kapal kertas.
Gaya Belajar Auditori : Haya mendengarkan instruksi saya. Dia melakukan instruksi saya untuk mengambil kapal kertas dan malah menawar jumlah yang akan ia ambil.
Gaya Belajar Kinestetik : dia bergerak melaksanakan instruksi saya untuk mengambil kapal kertas.

Dari kegiatan ini, saya sendiri merenung dan belajar. Itulah gunanya belajar. Belajar memahami, mengamati, mengobservasi. Belajar membuat kita menjadi ngeh dengan hal-hal yang tak biasa, dengan hal-hal yang dianggap biasa-biasa saja menjadi hal yang luar biasa. Apalagi saat kita menuliskan hasil dari apa yang telah kita palajari, merecall ingatan-ingatan akan aktifitas dan peristiwa yang telah lalu. Ilmu kita akan bertambah lagi karena kita bisa menghubungkan banyak hal.


#hari5
#gamelevel
4
#tantangan10hari
#
gayabelajaranak
#kuliahbundasayang


@institut.ibu.profesional


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hujan Rintik-rintik, Airnya Bergelombang

Membuat Es Krim Bersama Ayah

Jalan-jalan Ke Jogja