Sate Ayam
Heloo.. hari ini sebenarnya lagi liburan sementara dari tugas Bunsay, peralihan ke next level, tapi jadi tetap ketagihan nulis nih hehehe..
Kali ini, saya mau cerita tentang Haya.
Jadi, dia sudah mulai suka sama sate ayam. Awalnya saat beberapa minggu yang lalu dia melihat ada anak tetangga yang makan sate. Lalu dia minta dibelikan sate ayam. Baiklah, saya bilang nanti nunggu Ayah pulang sekalian, soalnya tukang sate juga mulai jualan kalau sore menjelang maghrib.
Setelah Ayah pulang, Haya sudah tak sabar untuk membeli sate ayam Kami pun pergi ke temapt tukang sate yang cukup dekat dari rumah, yaitu di dekat perempatan lampu merah. Saya membeli satu porsi yang isinya sepuluh tusuk sate ayam. Masih hangat pula dan kebetulan sate ayam di situ asli Madura dan memang sudah terkenal enak.
Tak perlu menunggu lama juga karena sudah dibakar sedari tadi, jadi tinggal bungkus sesuai pesanan. Asapnya benar-benar wow bingit. Ya, namanya juga penjual sate ayam kalo nggak berasap ya perlu dicurigai donk. Hohohoo...
Sampai rumah, Haya sudah benar-benar tak sabar untuk mencoba satenya. Ia tak mau makan pakai nasi. Satu tusuh sate dicobanya, "hmm.. enyaaak..." katanya sambil mengunyah-nguyah satenya. Ayah menunjukkan cara yang benar makan sate dari samping, agar tusuknya tak menusuk mulut. Namun, ia belum bisa, berkali-kali masih dibetulkan. Oke, tak apa-apa. Dan tak tersa, habis enam delapan tusuk sate sendiri dia. Waow.. hoalah...
"Kamu doyan apa lapar dek?" tanya Ayah heran. Hahaha... doyan dia, plus emang belum makan sore juga sih. Ya sudah, cukup katanya, Haya udah kenyang.
Kalo begitu, jangan lupa bilang apa nak, "Alhamdulillah.." gitu katanya.
Nah, hari ini dia minta sate ayam lagi sejak kemarin. Kebetulan hari libur, Haya dan Ayah pergi membeli sate di depan SMP, sekaligus buat sarapan.
Namun, sampai rumah, setelah dicoba satu tusuk, ia tak mau. Haya minta satenya Om, maksudnya sate yang dulu pernah ia beli di dekat lampu merah dan memang penjualnya adalah Bapak-bapak. Kalau yang barusan ia beli pagi emang penjualnya ibu-ibu.
Ia tetap meminta satenya Om, katanya. Ayah memberi penjelasan kalo satenya Om belum buka, masih tutup, jualannya sore namun ia tak mau percaya.
"Mau liat tutup," katanya. Akhirnya sama Ayah dibawa lagi menuju ke tempat penjual sate di dekat lampu merah.
Saat mereka pulang lagi ke rumah, kebetulan saat itu ada tetangga di depan rumah. Semua tertawa mendengar cerita Haya.
"Wah, udah tau rasa sekarang dia," kata seorang ibuk tetangga.
Walah nak, nak. Tapi memang betul. Saya perhatikan ia terkadang menolak makanan atau minuman tertentu. Biasanya ia berkata "bau... bau.. " atau "kecup..kecup.." hmm.. baiklah kalau begitu ini bisa menjadi next project kita ya nak, belajar tentang rasa, bau, mengenanal nama dan macam-macam rasa dan bau makanan atau bau lainnya. Oke.. semangaat....
Kali ini, saya mau cerita tentang Haya.
Jadi, dia sudah mulai suka sama sate ayam. Awalnya saat beberapa minggu yang lalu dia melihat ada anak tetangga yang makan sate. Lalu dia minta dibelikan sate ayam. Baiklah, saya bilang nanti nunggu Ayah pulang sekalian, soalnya tukang sate juga mulai jualan kalau sore menjelang maghrib.
Setelah Ayah pulang, Haya sudah tak sabar untuk membeli sate ayam Kami pun pergi ke temapt tukang sate yang cukup dekat dari rumah, yaitu di dekat perempatan lampu merah. Saya membeli satu porsi yang isinya sepuluh tusuk sate ayam. Masih hangat pula dan kebetulan sate ayam di situ asli Madura dan memang sudah terkenal enak.
Tak perlu menunggu lama juga karena sudah dibakar sedari tadi, jadi tinggal bungkus sesuai pesanan. Asapnya benar-benar wow bingit. Ya, namanya juga penjual sate ayam kalo nggak berasap ya perlu dicurigai donk. Hohohoo...
Sampai rumah, Haya sudah benar-benar tak sabar untuk mencoba satenya. Ia tak mau makan pakai nasi. Satu tusuh sate dicobanya, "hmm.. enyaaak..." katanya sambil mengunyah-nguyah satenya. Ayah menunjukkan cara yang benar makan sate dari samping, agar tusuknya tak menusuk mulut. Namun, ia belum bisa, berkali-kali masih dibetulkan. Oke, tak apa-apa. Dan tak tersa, habis enam delapan tusuk sate sendiri dia. Waow.. hoalah...
"Kamu doyan apa lapar dek?" tanya Ayah heran. Hahaha... doyan dia, plus emang belum makan sore juga sih. Ya sudah, cukup katanya, Haya udah kenyang.
Kalo begitu, jangan lupa bilang apa nak, "Alhamdulillah.." gitu katanya.
Nah, hari ini dia minta sate ayam lagi sejak kemarin. Kebetulan hari libur, Haya dan Ayah pergi membeli sate di depan SMP, sekaligus buat sarapan.
Namun, sampai rumah, setelah dicoba satu tusuk, ia tak mau. Haya minta satenya Om, maksudnya sate yang dulu pernah ia beli di dekat lampu merah dan memang penjualnya adalah Bapak-bapak. Kalau yang barusan ia beli pagi emang penjualnya ibu-ibu.
Ia tetap meminta satenya Om, katanya. Ayah memberi penjelasan kalo satenya Om belum buka, masih tutup, jualannya sore namun ia tak mau percaya.
"Mau liat tutup," katanya. Akhirnya sama Ayah dibawa lagi menuju ke tempat penjual sate di dekat lampu merah.
Saat mereka pulang lagi ke rumah, kebetulan saat itu ada tetangga di depan rumah. Semua tertawa mendengar cerita Haya.
"Wah, udah tau rasa sekarang dia," kata seorang ibuk tetangga.
Walah nak, nak. Tapi memang betul. Saya perhatikan ia terkadang menolak makanan atau minuman tertentu. Biasanya ia berkata "bau... bau.. " atau "kecup..kecup.." hmm.. baiklah kalau begitu ini bisa menjadi next project kita ya nak, belajar tentang rasa, bau, mengenanal nama dan macam-macam rasa dan bau makanan atau bau lainnya. Oke.. semangaat....
Komentar
Posting Komentar