Membuat Es Krim Bersama Ayah
Bismillahirrahmanirrahim....
Day 08 Bunsay Game Level 8
Membuat Es Krim Sendiri sebagai Salah Satu Sarana Pengajaran Pengelolaan Uang pada Anak
"Bunda...Bunda.. lihat sini, Ayah bikin es krim," katanya pada saya yang baru pulang dari mengajar di hari Sabtu.
"Ayo.. ayo" ajaknya pada saya dan menyuruh saya membuka freezer bagian atas kulkas dan mengintip isi dalamnya. Betullah disitu, terlihat dua buah wadah besar berisi adonan es krim yang belum jadi, sedang dalam proses pembekuan.
Saya tersenyum senang. Kejutan. Hehe.. Dari kemarin saya memang berencana ingin membuat es krim bersama Haya, ya mango popsiccle sebenarnya yang mudah, tapi belum juga kesampaian. Hingga akhirnya, Ayah yang lebih telaten dalam urusan bebikinan kue-kue dan jajanan alias camilan, telah membuatnya bersama Haya saat saya sedang pergi mengajar, rutinitas yang biasa saya lakukan di hari Sabtu, tentu saja dengan izin dari suami.
Es krim, entah bagaimana awal mula makanan yang satu ini tercipta. Namun, siapakah orang yang akan menolak jika ditawari es krim? Mungkin saja, hanya 1% dari 100 orang yang tidak mau dengan makanan satu ini. Mungkin karena alergi atau kelainan yang lain. Masa ada sih orang yang g doyan es krim? Apalagi anak-anak. Begitu mereka telah mengenal jenis makanan yang satu ini. Waah, pasti akan selalu nagih. Begitupula dengan Haya.
"Beli es krim Ma..." rengeknya suatu ketika.
"Minta es krim Yaah..." bujuknya pada Ayahnya.
Dulu, saat usianya 1- 2 tahunan memang belum ada jadwal khusus untuk beli es krim. Tidak setiap saat beli sih, hanya saja belum ada jadwal khususnya. Dan Haya juga sudah tahu dan kenal toko tempat Ayah atau Bunda biasa membelikannya es krim. Toko yang smart ituloh, dengan ciri khas warnanya yang beda dengan toko lainnya. Hmm... lagi-lagi #kidsjamannow
Saat Haya mulai besar, mulai niteni, mulai pintar merajuk, kami akhirnya mulai memberlakukan kesepakatan bersama, sesuai anjuran ilmu parenting dari Abah Ihsan. Biasakan pada anak untuk mempunyai jadwal atau waktu khusus untuk membelikan atau mendapatkan barang-barang yang ia inginkan, semisal es krim atau mainan lain yang mungkin mahal harganya. Jangan setiap saat penuhi rengekan, ajakan atau permintaan anak. Begitulah...
Jadi, kami putuskan untuk mulai konsisten menerapkan jadwal membeli es krim untuk Haya serta beberapa jajanan lainnya saat weekend, ya antara hari Sabtu Minggu (Walaupun terkadang masih bocor halus di tengah jalan, hihi). Entah dibelikan atau ia ikut membeli sendiri (well, Haya sudah pintar berbelanja, memilih barang apa saja yang ingin ia beli dan memasukkannya ke dalam keranjang belanja) lalu mengantri di kasir untuk bayar (serahkan pada Ayah, hehee).
Family project yang tidak direncankan antara Haya dan Ayah, yaitu membuat es krim bersama, ya paling tidak saya anggap sebagai pengenalan pengeloaan uang kepada Haya secara tidak langsung. Bahwa ada barang-barang yang mungkin biasa ia beli, bisa dibikin sendiri di rumah. Contohnya ya es krim ini, walaupun mungkin rasanya belum seenak es krim di toko serta kue donat. Dulu, ayahnya pernah praktek membuat kue donat dan hasilnya lumayan. Maklum, baru percobaan awal. Di tempat kami, ada penjual donat keliling yang rasanya cukup enak setiap pagi dan terkadang Haya juga membelinya.
Besok-besok, mungkin bisa membuat family project yang lebih terencana dari awal, seperti mengajak Haya belanja bahan-bahan membuat es krim, lalu langsung mengajaknya membuat pada saat itu juga sepulang dari belanja bahan-bahan pembuat es krim. Jangan ditunda esok hari karena konsep waktu anak kecil masih sangat sederhana.
Hal ini akan menjadi pembelajaran berharga baginya kelak. Banyak hal yang bisa diajarkan. Tidak takut mencoba membuat es krim sendiri dengan resiko gagal, mencoba berjualan es krim bikinan sendiri pada teman-teman, sensasi mencoba hal baru, mempererat bonding antara orang tua dan anak, dan banyak hal lainnya yang bisa digali dari kegiatan bersama keluarga alias family project ini.
#hari08
#gamelevel8
#tantangan10hari
#cerdasfinansial
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
Day 08 Bunsay Game Level 8
Membuat Es Krim Sendiri sebagai Salah Satu Sarana Pengajaran Pengelolaan Uang pada Anak
"Bunda...Bunda.. lihat sini, Ayah bikin es krim," katanya pada saya yang baru pulang dari mengajar di hari Sabtu.
"Ayo.. ayo" ajaknya pada saya dan menyuruh saya membuka freezer bagian atas kulkas dan mengintip isi dalamnya. Betullah disitu, terlihat dua buah wadah besar berisi adonan es krim yang belum jadi, sedang dalam proses pembekuan.
Saya tersenyum senang. Kejutan. Hehe.. Dari kemarin saya memang berencana ingin membuat es krim bersama Haya, ya mango popsiccle sebenarnya yang mudah, tapi belum juga kesampaian. Hingga akhirnya, Ayah yang lebih telaten dalam urusan bebikinan kue-kue dan jajanan alias camilan, telah membuatnya bersama Haya saat saya sedang pergi mengajar, rutinitas yang biasa saya lakukan di hari Sabtu, tentu saja dengan izin dari suami.
Es krim, entah bagaimana awal mula makanan yang satu ini tercipta. Namun, siapakah orang yang akan menolak jika ditawari es krim? Mungkin saja, hanya 1% dari 100 orang yang tidak mau dengan makanan satu ini. Mungkin karena alergi atau kelainan yang lain. Masa ada sih orang yang g doyan es krim? Apalagi anak-anak. Begitu mereka telah mengenal jenis makanan yang satu ini. Waah, pasti akan selalu nagih. Begitupula dengan Haya.
"Beli es krim Ma..." rengeknya suatu ketika.
"Minta es krim Yaah..." bujuknya pada Ayahnya.
Dulu, saat usianya 1- 2 tahunan memang belum ada jadwal khusus untuk beli es krim. Tidak setiap saat beli sih, hanya saja belum ada jadwal khususnya. Dan Haya juga sudah tahu dan kenal toko tempat Ayah atau Bunda biasa membelikannya es krim. Toko yang smart ituloh, dengan ciri khas warnanya yang beda dengan toko lainnya. Hmm... lagi-lagi #kidsjamannow
Saat Haya mulai besar, mulai niteni, mulai pintar merajuk, kami akhirnya mulai memberlakukan kesepakatan bersama, sesuai anjuran ilmu parenting dari Abah Ihsan. Biasakan pada anak untuk mempunyai jadwal atau waktu khusus untuk membelikan atau mendapatkan barang-barang yang ia inginkan, semisal es krim atau mainan lain yang mungkin mahal harganya. Jangan setiap saat penuhi rengekan, ajakan atau permintaan anak. Begitulah...
Jadi, kami putuskan untuk mulai konsisten menerapkan jadwal membeli es krim untuk Haya serta beberapa jajanan lainnya saat weekend, ya antara hari Sabtu Minggu (Walaupun terkadang masih bocor halus di tengah jalan, hihi). Entah dibelikan atau ia ikut membeli sendiri (well, Haya sudah pintar berbelanja, memilih barang apa saja yang ingin ia beli dan memasukkannya ke dalam keranjang belanja) lalu mengantri di kasir untuk bayar (serahkan pada Ayah, hehee).
Family project yang tidak direncankan antara Haya dan Ayah, yaitu membuat es krim bersama, ya paling tidak saya anggap sebagai pengenalan pengeloaan uang kepada Haya secara tidak langsung. Bahwa ada barang-barang yang mungkin biasa ia beli, bisa dibikin sendiri di rumah. Contohnya ya es krim ini, walaupun mungkin rasanya belum seenak es krim di toko serta kue donat. Dulu, ayahnya pernah praktek membuat kue donat dan hasilnya lumayan. Maklum, baru percobaan awal. Di tempat kami, ada penjual donat keliling yang rasanya cukup enak setiap pagi dan terkadang Haya juga membelinya.
Besok-besok, mungkin bisa membuat family project yang lebih terencana dari awal, seperti mengajak Haya belanja bahan-bahan membuat es krim, lalu langsung mengajaknya membuat pada saat itu juga sepulang dari belanja bahan-bahan pembuat es krim. Jangan ditunda esok hari karena konsep waktu anak kecil masih sangat sederhana.
Hal ini akan menjadi pembelajaran berharga baginya kelak. Banyak hal yang bisa diajarkan. Tidak takut mencoba membuat es krim sendiri dengan resiko gagal, mencoba berjualan es krim bikinan sendiri pada teman-teman, sensasi mencoba hal baru, mempererat bonding antara orang tua dan anak, dan banyak hal lainnya yang bisa digali dari kegiatan bersama keluarga alias family project ini.
#hari08
#gamelevel8
#tantangan10hari
#cerdasfinansial
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
Komentar
Posting Komentar