Uangnya Mana?
Bismillahirrahmanirrahim....
Day 05 Bunsay Game Level 8
Mengenalkan Nominal Uang pada Anak
"Bunda, mau beli ini, mau beli itu," kata Haya suatu ketika.
"Emang Haya punya uang?" kata saya. Dan iapun berlari mengambil tas strawberrynya yang berisi 'dompet' cokelatnya. Anak sekecil ini, sudah tahu ya.. masyaAllah.
"Emang uangnya berapa?" tanya saya dan lagi-lagi ia membuka dompetnya, menunjukkan uang yang terselip disitu (maksudnya ya hitung atau lihat sendiri kali ya Bunda, hehehe)
Pernah suatu ketika, Haya mendapat beberapa uang dari mbah Kakungnya. Ada yang lembaran dan uang koin. Lalu ia masukkan ke dalam tas stroberinya. Kemudian, ia mengajak naik odong-odong yang kebetulan saat pulang kampung ke rumah mbah, odong-odongnya pakai mesin dan baru buka saat sore sampai malam. Ada di pinggir jalan dekat masjid besar.
Karena tak terlalu jauh, saya mengajak Haya jalan kesana ya sekalian sambil jalan-jalan sore. Lumayan juga yang naik. Nah, kalau naik mesin, tak ada hitungan waktu berapa lama. Sepuasnya saja, bayarnya juga sama. Sepuasnya anak-anak juga paling berapa lama sih?
Ketika satu anak diajak turun oleh orang tuanya, biasanya yang lain juga mengikuti. Saat itu saya mengajak Haya untuk turun dan dia mau. Lalu saya menyuruhnya untuk bayar. Dia membuka tas stroberinya, dan mengambil uang lembaran lima ribuan dan menyerahkannya kepada abang odong-odong. Well, saya sedikit terperangah. Dia tahu ternyata. Selama ini memang seringkali dia naik odong-odong hampir tiap sore, sama mbah kakungnya. Hehe, jadi dia mengamati juga ternyata.
Sering melihat interaksi sehari-hari, apa yang dicontohkan oleh orang tua, akhirnya anak otomatis ya meniru. Secara tak sadar mengamati hal berulang yang dilakukan oleh orang tua atau orang dewasa disekitarnya.
Haya tahu ada beberapa jenis-jenis uang. Ada yang bentuknya koin, dan biasanya dipakai untuk diberikan pada pengamen yang datang ke rumah, hehe dan yang sering dimasukkan pada tabung kencleng atau celengan. Lalu ada beberapa lembaran kertas yang beda warna, gambar dan juga beda nominal. Tapi, sepertinya Haya belum terlalu paham. Apalagi yang lembaran nominal dua ribu dan dua puluh ribu yang memang agak mirip. Orang dewasa kalau pas lagi siwer juga mungkin sering tertukar.
Tapi Haya mungkin sudah belajar 'niteni', kalau uang lembaran nominal dua ribuan, pokoknya model begitulah, bisa buat beli jajan yang dia suka, seperti permen yupi satu atau dua bungkus, coki-coki dan coklat kemasan plus bisa buat naik odong-odong Pak Mani. Lalu uang lembaran yang warnanya sedikit kuning, nominal lima ribuan, itu bisa dipakai untuk membayar odong-odong kereta di tempah mbah Kakung.
Well, good job Girl. Mari berproses belajar sama-sama.
#hari05
#gamelevel8
#tantangan10hari
#cerdasfinansial
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
Day 05 Bunsay Game Level 8
Mengenalkan Nominal Uang pada Anak
"Bunda, mau beli ini, mau beli itu," kata Haya suatu ketika.
"Emang Haya punya uang?" kata saya. Dan iapun berlari mengambil tas strawberrynya yang berisi 'dompet' cokelatnya. Anak sekecil ini, sudah tahu ya.. masyaAllah.
"Emang uangnya berapa?" tanya saya dan lagi-lagi ia membuka dompetnya, menunjukkan uang yang terselip disitu (maksudnya ya hitung atau lihat sendiri kali ya Bunda, hehehe)
Pernah suatu ketika, Haya mendapat beberapa uang dari mbah Kakungnya. Ada yang lembaran dan uang koin. Lalu ia masukkan ke dalam tas stroberinya. Kemudian, ia mengajak naik odong-odong yang kebetulan saat pulang kampung ke rumah mbah, odong-odongnya pakai mesin dan baru buka saat sore sampai malam. Ada di pinggir jalan dekat masjid besar.
Karena tak terlalu jauh, saya mengajak Haya jalan kesana ya sekalian sambil jalan-jalan sore. Lumayan juga yang naik. Nah, kalau naik mesin, tak ada hitungan waktu berapa lama. Sepuasnya saja, bayarnya juga sama. Sepuasnya anak-anak juga paling berapa lama sih?
Ketika satu anak diajak turun oleh orang tuanya, biasanya yang lain juga mengikuti. Saat itu saya mengajak Haya untuk turun dan dia mau. Lalu saya menyuruhnya untuk bayar. Dia membuka tas stroberinya, dan mengambil uang lembaran lima ribuan dan menyerahkannya kepada abang odong-odong. Well, saya sedikit terperangah. Dia tahu ternyata. Selama ini memang seringkali dia naik odong-odong hampir tiap sore, sama mbah kakungnya. Hehe, jadi dia mengamati juga ternyata.
Sering melihat interaksi sehari-hari, apa yang dicontohkan oleh orang tua, akhirnya anak otomatis ya meniru. Secara tak sadar mengamati hal berulang yang dilakukan oleh orang tua atau orang dewasa disekitarnya.
Haya tahu ada beberapa jenis-jenis uang. Ada yang bentuknya koin, dan biasanya dipakai untuk diberikan pada pengamen yang datang ke rumah, hehe dan yang sering dimasukkan pada tabung kencleng atau celengan. Lalu ada beberapa lembaran kertas yang beda warna, gambar dan juga beda nominal. Tapi, sepertinya Haya belum terlalu paham. Apalagi yang lembaran nominal dua ribu dan dua puluh ribu yang memang agak mirip. Orang dewasa kalau pas lagi siwer juga mungkin sering tertukar.
Tapi Haya mungkin sudah belajar 'niteni', kalau uang lembaran nominal dua ribuan, pokoknya model begitulah, bisa buat beli jajan yang dia suka, seperti permen yupi satu atau dua bungkus, coki-coki dan coklat kemasan plus bisa buat naik odong-odong Pak Mani. Lalu uang lembaran yang warnanya sedikit kuning, nominal lima ribuan, itu bisa dipakai untuk membayar odong-odong kereta di tempah mbah Kakung.
Well, good job Girl. Mari berproses belajar sama-sama.
#hari05
#gamelevel8
#tantangan10hari
#cerdasfinansial
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
Komentar
Posting Komentar