Rejeki tak Terduga
Bismillahirrahmanirrahim...
Pagi ini, setelah melepas kepergian Ayah ke kantor, saya dan Haya duduk-duduk di teras depan rumah. Biasanya sambil mengamati ulat-ulat yang menempel di daun jeruk yang ada di teras depan rumah. Ada banyak ulat yang ada disitu. Ada yang masih kecil, ada yang sudah besar dan gemuk, dan ada yang bersiap memulai fase kepompongnya. Sungguh, hal ini adalah anugerah besar bagi saya dan Haya. Kami bisa mengamati secara live fase-fase perubahan kupu-kupu secara alami atau istilahnya metamorfosis hidup kupu-kupu.
Kadang, saya tersenyum geli membayangkan, banyak anak-anak terburu-buru berangkat sekolah, menggendong tas berat berisi banyak buku-buku, dengan banyak tugas di dalamnya. Lalu sampai sekolah mereka mempelajari fase metamorfosis kupu-kupu, dengan bantuan gambar-gambar pada buku teks, atau yang diproyeksikan oleh guru mereka di layar LCD, sementara itu sebenarnya sepelemparan batu dari jendela kamar mereka di rumah, sedang terjadi fase metamorfosis yang bisa mereka amati secara langsung. Hanya karena mereka sudah penat dengan tugas-tugas sekolah, lalu akhirnya mereka abai memperhatikan lingkungan sekitar.Pulang sekolah, yang dipegang adalah gawai atau gadget mereka. Ada tugas apa, ada berita apa, ada pesan apa yang masuk? Hmm...
Baiklah. Saat bercengkerama bersama Haya, menyuruhnya menghitung berapa banyak ulat, apa yang sedang mereka kerjakan. Saya melirik bahwa kuku jari tangan Haya sudah lumayan panjang dan sudah saatnya di potong. Baiklah kalau begitu. Saya pergi ke dalam mengambil pemotong kuku.
"Nak, kukunya di potong ya," kata saya.
"Ayo sini, duduk dekat Bunda," dan Haya pun menurut.
Alhamdulillah, ini juga termasuk rejeki. Biasanya dia menolak, berlari berputar-putar dulu hingga saya harus membujuknya atau akhirnya memilih menyerah dan bergumam sendiri, baiklah, lain kali kalau begitu atau menunggu dia tidur. Hohoho...'
Selagi saya memotong kuku jari tangannya, lewatlah Budhe Put, tetangga kami yang rumahnya di ujung jalan membawa motor. Secara spontan dia menawari Haya untuk ikut dengannya ke tokosmart yang terletak di depan gang, tak jauh dari rumah kami.
"Ikut Budhe yuk, belanja," ajak Budhe Put. Haya menoleh ke arah saya dan saya mengangguk mengijinkannya. Kami sudah lumayan terbiasa dengan Budhe Put, bahkan dulu jaman masih belajar jalan, Haya sering main ke rumah Budhe Put karena di teras rumah Budhe Put ada aquarium kecil yang berisi banyak ikan-ikan kecil, dan tentu saja itu adalah tontonan yang sangat menyenangkan bagi anak batita.
#hari11
#gamelevel8
#tantangan10hari
#cerdasfinansial
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
Day 11 Bunsay Game Level 8
Mengajarkan Hakekat Bersyukur kepada Anak
Pagi ini, setelah melepas kepergian Ayah ke kantor, saya dan Haya duduk-duduk di teras depan rumah. Biasanya sambil mengamati ulat-ulat yang menempel di daun jeruk yang ada di teras depan rumah. Ada banyak ulat yang ada disitu. Ada yang masih kecil, ada yang sudah besar dan gemuk, dan ada yang bersiap memulai fase kepompongnya. Sungguh, hal ini adalah anugerah besar bagi saya dan Haya. Kami bisa mengamati secara live fase-fase perubahan kupu-kupu secara alami atau istilahnya metamorfosis hidup kupu-kupu.
Kadang, saya tersenyum geli membayangkan, banyak anak-anak terburu-buru berangkat sekolah, menggendong tas berat berisi banyak buku-buku, dengan banyak tugas di dalamnya. Lalu sampai sekolah mereka mempelajari fase metamorfosis kupu-kupu, dengan bantuan gambar-gambar pada buku teks, atau yang diproyeksikan oleh guru mereka di layar LCD, sementara itu sebenarnya sepelemparan batu dari jendela kamar mereka di rumah, sedang terjadi fase metamorfosis yang bisa mereka amati secara langsung. Hanya karena mereka sudah penat dengan tugas-tugas sekolah, lalu akhirnya mereka abai memperhatikan lingkungan sekitar.Pulang sekolah, yang dipegang adalah gawai atau gadget mereka. Ada tugas apa, ada berita apa, ada pesan apa yang masuk? Hmm...
Baiklah. Saat bercengkerama bersama Haya, menyuruhnya menghitung berapa banyak ulat, apa yang sedang mereka kerjakan. Saya melirik bahwa kuku jari tangan Haya sudah lumayan panjang dan sudah saatnya di potong. Baiklah kalau begitu. Saya pergi ke dalam mengambil pemotong kuku.
"Nak, kukunya di potong ya," kata saya.
"Ayo sini, duduk dekat Bunda," dan Haya pun menurut.
Alhamdulillah, ini juga termasuk rejeki. Biasanya dia menolak, berlari berputar-putar dulu hingga saya harus membujuknya atau akhirnya memilih menyerah dan bergumam sendiri, baiklah, lain kali kalau begitu atau menunggu dia tidur. Hohoho...'
Selagi saya memotong kuku jari tangannya, lewatlah Budhe Put, tetangga kami yang rumahnya di ujung jalan membawa motor. Secara spontan dia menawari Haya untuk ikut dengannya ke tokosmart yang terletak di depan gang, tak jauh dari rumah kami.
"Ikut Budhe yuk, belanja," ajak Budhe Put. Haya menoleh ke arah saya dan saya mengangguk mengijinkannya. Kami sudah lumayan terbiasa dengan Budhe Put, bahkan dulu jaman masih belajar jalan, Haya sering main ke rumah Budhe Put karena di teras rumah Budhe Put ada aquarium kecil yang berisi banyak ikan-ikan kecil, dan tentu saja itu adalah tontonan yang sangat menyenangkan bagi anak batita.
#hari11
#gamelevel8
#tantangan10hari
#cerdasfinansial
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
Komentar
Posting Komentar