Membeli Anakan Bebek dan Ayam di Pasar
Bismillahirrahmanirrahim....
Day 10 Bunsay Game Level 8
Mengajarkan Investasi Sederhana kepada Anak lewat Beternak Ayam dan Bebek
Salah satu Family Project yang rutin kami lakukan adalah berbelanja di Pasar Tradisional, minimal sebulan sekali atau beberapa kali tergantung kebutuhan. Jujur saja, suamilah yang mengajarkan kebiasaan ini. Pergi belanja ke pasar tradisional. Awalnya saya males alias suka pusing kalau habis berbelanja di pasar tradisional, mungkin saja karena belum terbiasa plus mindset yang salah di kepala (becek, kotor, kumuh, pengap, berdesak-desakan, harus pintar menawar harga, capek karena harus berpindah-pindah lapak untuk mencari barang yang dibutuhkan) karena selama ini saya sudah terbiasa belanja di ibu sayur keliling yang semua serba ada, mulai dari sayuran, ikan, lauk pauk, buah sampai jajajan. Sekali pandang terlihatlah semua, tak perlu payah berpindah tempat, dan tak perlu ngotot tawar menawar harga plus satu lagi, barang yang dibawa sudah pilihan yang bagus-bagus, sudah dikemas ekonomis, soalnya kalau di pasar kan kita harus milih sendiri sayur dan buah yang harus kita beli.
Selain itu, banyak lah manfaat yang didapat dengan pergi mengajak anak berbelanja ke pasar tradisional. Banyak hal yang bisa dipelajari anak disini. Btw, biasanya kalau ke pasar ngajak anak juga ada 'pajaknya' yaitu naik odong-odong kereta karena kebetulan di depan pasar memang sudah tersedia wahana itu.
Nah, kemarin saat kita pergi berbelanja ke pasar, ada penjual anakan ayam yang biasanya dicat warna warni bulunya untuk menarik pembeli (terutama anak-anak) sedang menggelar lapaknya. Selain menjual ayam, Abangnya juga menjual bebek lokal (coklat) dan bebek kuning (impor). Biasanya tidak ada yang jualan ini di pasar lokal kami, nah kali ini luar biasa. Abangnya juga memilih lokasi jualan yang strategis yaitu di dekat wahana odong-odong kereta. Fantastis.
Awalnya kami mengajak Haya sekedar melihat saja. Dia mulai menunjuk-nunjuk anak ayam yang lucu berwarna-warni bulunya hasil cat semprot. Saya dari awal sudah menolak jika Haya ingin membelinya. yang terlintas di pikiran saya adalah, repot ngurusnya dan kasihan (karena biasanya anakan ayam atau bebek begituan cepat sekali mati jika tidak diurus dengan baik). Kami alihkan Haya untuk naik odong-odong kereta. Walaupun begitu, tetap tak mempan. Selepas naik odong-odong, ia menggeret tangan Ayah menuju ke tempat Abang penjua ayam dan bebek.
Akhirnya kami kembali lagi. Berjongkok memperhatikan anakan ayam dan bebek yang berebut makanan serta memperhatikan seorang anak yang baru saja membeli seekor bebek. Lalu tiba-tiba kata Ayahnya, beli saja ya, yang bebek.
"Iya, bebek bagus nih. Bisa berenang dan bisa dikasih makan apa aja, sisa-sisa makanan juga mau. Kalau ayam kan harus dikasih pur," begitu promosi Abangnya.
Akhirnya Ayah membeli dua ekor bebek, satu coklat dan satunya lagi kuning sebelum saya sempat protes lagi. Harganya hanya Rp. 10.000,- rupiah saja per ekor. Ya sudahlah, mau gimana lagi. Haya juga sudah girang bukan main.
Sampai di rumah, kedua ekor bebeknya dicemplungin ke dalam bak berisi air. YEaY! mereka bisa berenang. Lucu sekali melihatnya. Lalu ayah membuatkan kandang dari kardus. Menyiapkan makanannya. Sepnjang itu, Haya berteriak kegirangan bukan kepalang.
Dan begitulah petualangan kami di mulai. Ada makhluk hidup baru di rumah yang menjadi tanggung jawab kami. Harus diurusi dan dirawat bersama.
Awalnya saya benar-benar ogah terlibat. Biar Ayah sajalah yang ngurusin. Tapi seiring sejalan ya, kasihan juga. Waktu Ayah sudah dihabiskan di kantor, masa sampai rumah juga masih ngurusin bebek lagi tiap hari?
Maka sayapun akhirnya turun tangan dengan kesadaran sendiri. Daan.. lama-lama, saya menyadari bahwa hal ini, mempunyai hewan ternak sebagai peliharaan, asyik juga.
Lalu terbetik dalam pikiran saya, tentang sudut pandang ini.
Eh, pelihara bebek dan ayam di waktu kecil bia jadi sarana investasi kelak kalau sudah dewasa. Belajar cara beternak sederhana, dimulai dengan tanggung jawab dua ekor bebek di rumah. Hmm... soo challenging.
#hari10
#gamelevel8
#tantangan10hari
#cerdasfinansial
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
Day 10 Bunsay Game Level 8
Mengajarkan Investasi Sederhana kepada Anak lewat Beternak Ayam dan Bebek
Salah satu Family Project yang rutin kami lakukan adalah berbelanja di Pasar Tradisional, minimal sebulan sekali atau beberapa kali tergantung kebutuhan. Jujur saja, suamilah yang mengajarkan kebiasaan ini. Pergi belanja ke pasar tradisional. Awalnya saya males alias suka pusing kalau habis berbelanja di pasar tradisional, mungkin saja karena belum terbiasa plus mindset yang salah di kepala (becek, kotor, kumuh, pengap, berdesak-desakan, harus pintar menawar harga, capek karena harus berpindah-pindah lapak untuk mencari barang yang dibutuhkan) karena selama ini saya sudah terbiasa belanja di ibu sayur keliling yang semua serba ada, mulai dari sayuran, ikan, lauk pauk, buah sampai jajajan. Sekali pandang terlihatlah semua, tak perlu payah berpindah tempat, dan tak perlu ngotot tawar menawar harga plus satu lagi, barang yang dibawa sudah pilihan yang bagus-bagus, sudah dikemas ekonomis, soalnya kalau di pasar kan kita harus milih sendiri sayur dan buah yang harus kita beli.
Selain itu, banyak lah manfaat yang didapat dengan pergi mengajak anak berbelanja ke pasar tradisional. Banyak hal yang bisa dipelajari anak disini. Btw, biasanya kalau ke pasar ngajak anak juga ada 'pajaknya' yaitu naik odong-odong kereta karena kebetulan di depan pasar memang sudah tersedia wahana itu.
Nah, kemarin saat kita pergi berbelanja ke pasar, ada penjual anakan ayam yang biasanya dicat warna warni bulunya untuk menarik pembeli (terutama anak-anak) sedang menggelar lapaknya. Selain menjual ayam, Abangnya juga menjual bebek lokal (coklat) dan bebek kuning (impor). Biasanya tidak ada yang jualan ini di pasar lokal kami, nah kali ini luar biasa. Abangnya juga memilih lokasi jualan yang strategis yaitu di dekat wahana odong-odong kereta. Fantastis.
Awalnya kami mengajak Haya sekedar melihat saja. Dia mulai menunjuk-nunjuk anak ayam yang lucu berwarna-warni bulunya hasil cat semprot. Saya dari awal sudah menolak jika Haya ingin membelinya. yang terlintas di pikiran saya adalah, repot ngurusnya dan kasihan (karena biasanya anakan ayam atau bebek begituan cepat sekali mati jika tidak diurus dengan baik). Kami alihkan Haya untuk naik odong-odong kereta. Walaupun begitu, tetap tak mempan. Selepas naik odong-odong, ia menggeret tangan Ayah menuju ke tempat Abang penjua ayam dan bebek.
Akhirnya kami kembali lagi. Berjongkok memperhatikan anakan ayam dan bebek yang berebut makanan serta memperhatikan seorang anak yang baru saja membeli seekor bebek. Lalu tiba-tiba kata Ayahnya, beli saja ya, yang bebek.
"Iya, bebek bagus nih. Bisa berenang dan bisa dikasih makan apa aja, sisa-sisa makanan juga mau. Kalau ayam kan harus dikasih pur," begitu promosi Abangnya.
Akhirnya Ayah membeli dua ekor bebek, satu coklat dan satunya lagi kuning sebelum saya sempat protes lagi. Harganya hanya Rp. 10.000,- rupiah saja per ekor. Ya sudahlah, mau gimana lagi. Haya juga sudah girang bukan main.
Sampai di rumah, kedua ekor bebeknya dicemplungin ke dalam bak berisi air. YEaY! mereka bisa berenang. Lucu sekali melihatnya. Lalu ayah membuatkan kandang dari kardus. Menyiapkan makanannya. Sepnjang itu, Haya berteriak kegirangan bukan kepalang.
Dan begitulah petualangan kami di mulai. Ada makhluk hidup baru di rumah yang menjadi tanggung jawab kami. Harus diurusi dan dirawat bersama.
Awalnya saya benar-benar ogah terlibat. Biar Ayah sajalah yang ngurusin. Tapi seiring sejalan ya, kasihan juga. Waktu Ayah sudah dihabiskan di kantor, masa sampai rumah juga masih ngurusin bebek lagi tiap hari?
Maka sayapun akhirnya turun tangan dengan kesadaran sendiri. Daan.. lama-lama, saya menyadari bahwa hal ini, mempunyai hewan ternak sebagai peliharaan, asyik juga.
Lalu terbetik dalam pikiran saya, tentang sudut pandang ini.
Eh, pelihara bebek dan ayam di waktu kecil bia jadi sarana investasi kelak kalau sudah dewasa. Belajar cara beternak sederhana, dimulai dengan tanggung jawab dua ekor bebek di rumah. Hmm... soo challenging.
#hari10
#gamelevel8
#tantangan10hari
#cerdasfinansial
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
Komentar
Posting Komentar