Asyiknya Bermain Pasir di Taman

Bismillahirrahmanirrahim...


Day 03 Bunsay Game Level9

Bermain itu Tidak Takut Kotor dan Kuman


Masih edisi di rumah mbah Kakung dimana rumahnya berada di kompleks perumahan yang kebanyakan para pegawai negeri. Kompleks ini pun hanya sedikit jumlah rumahnya, sekitar 200an rumah saja dan itupun ada beberapa rumah yang kosong. Kompleks perumahan yang sangat strategis karena dekat dengan apapun (pasar, sekolah, SD, SMP, SMK, kecamatan, puskesmas, lapangan, toko-toko, daan tempat publik yang lain).

Kompleks perumahan ini mempunyai mushola sendiri, dua lapangan kosong yang satunya baru-baru ini disulap menjadi taman bermain sederhana untuk anak, lalu ada tempat parkir mobil. Nah, saat siang, terutama saat hari-hari aktif kerja, kondisi kompleks perumahan lumayan sepi karena kebanyakan penghuninya aktif bekerja kantoran meskipun masih terlihat satu dua yang berada di rumah. Apalagi di deretan rumah mbah Kakung itu termasuk sepiii sekali kalau siang karena notabena kerja kantoran semua, pergi pagi-pagi, pulang saat sore. 

Siang itu saya membawa Haya ke taman bermain yang ada di kompleks perumahan. Disitu sepi, malah dipakai untuk parkir para tukang bangunan yang sedang merenovasi rumah yang terletak di seberang taman. Cuaca tidak begitu terik, dan tak banyak angin. Beberapa fasilitas bermain yang ada di taman itu adalah satu prosotan dari kayu, bangku taman, dan dua buah ayunan, serta titian dan lompatan, jungkat jungkit yang sepertinya sudah rusak.

Sambil menyuapi Haya (well, kadang emak masih melakukan apapun demi memastikan makanan bisa masuk ke mulut anak, termasuk makan sambil bermain, huhuu) saya membiarkan Haya bermain di situ. Awalnya dia main perosotan. Tapi perosotan disitu sungguh tidak nyaman. Akhirnya Haya bermain pasir. Dia jongkok, melepas sandalnya dan mulai bermain pasir. 

Saya mengamati pasirnya bekas pasir pantai, dan terlihat bersih tidak ada tanda-tanda kotoran mpus, hehe. Lalu angin tidak bertiup kencang. Akhirnya saya membiarkan Haya bermain pasir di bawah. 
Ah, sayang sekali saya tidak membawa gawai saya sehingga saya tidak bisa mengabadikan momen ini. Gemas rasanya, ah tapi tak boleh terlalu larut menyesal. Justru saya harus bisa melewati momen bersama anak ini dengan baik, damai, tanpa gangguan sebuah gawai. Hehehe...

Sembari memperhatikan Haya bermain, saya merenung. Kenapa? Kenapa saya harus melarang Haya bermain pasir yang ada di halaman, di teras, di kebun atau dimana saja ya? Kenapa? Kenapa orang tua sekarang cenderung begitu? Marah ketika melihat anaknya belepotan pasir. Terlalu khawatir.

Ingatan saya melayang pada masa kecil dulu dimana bermain pasir menjadi sesuatu yang amat asyik. Bermain karakter kertas (apalah itu sebutannya) dan membuat rumah-rumahannya dari pasir. Memakai bunga-bungaan. Bahkan terkadang anak laki-laki juga ikut bermain, tapi mereka cepat bosan dan terkadang kalau bosan menendang gundukan pasir yang baru saja mereka buat. Menyebalkan. Bahkan terkadang saya dan teman saya ber,ain pasir sore hari setelah kami mandi sore. Tapi kami tahu, karena sudah mandi, tak boleh belepotan, hanya tangan saja yang boleh kotor. Kami menjaga baju kami tetap bersih dari serpihan pasir. Entah siapa yang dulu mengajari kami bermain pasir seperti itu, buat rumah-rumahan. Sepertinya saya melihat teman-teman dan kakak-kakak yang lebih senior bermain pasir secara demikian dan kita pun jadi ikutan. Kalau anak sekarang diajarin sama You Tube (hoho.. #gelenggelengkepala)

Dan bukankah dulu, rumah mbah saya, dan juga rumah-rumah orang jaman dulu, lantainya masih beralaskan pasir? 
Jadi, kenapa harus khawatir ketika anak bermain pasir?

Ya, jamannya udah beda gaes. Jaman now, lantainya kebanyakan keramik. Dan kalau anak-anak ingin bermain pasir, tak usah ke pantai atau mencari-cari pasir yang ada di halaman rumah, karena nggak ada  soalnya halaman rumahnya udah di paving, jadilah gantinya pasir kinetik, dengan harga yang lumayan dan juga dengan cetakan pasir yang berwarna-warni lucu beraneka ragam/jenisnya.

Ya, begitulah jamannya ya. Tentu aja beda gaes. 
Tapi, bermain pasir di alam langsung, sensasinya tetep jauh beda sama bermain pasir kinetik di bak atau di wadah. Bertelanjang kaki merasakan sentuhan pasir di alam, di bawah pohon yang rindang itu sesuatu, masyaAllah luar biasa rasanya. Jadi, sesekali tetap perlu ajak anak bermain langsung di alamnya ya. Jangan takut baju kotor karena serpihan-serpihan pasir. Dan tentu saja pastikan pasirnya nggak kemakan sama anak terutama anak di bawah 3 tahun. Hehe..

Saya kembali memandangi Haya bermain pasir. Apa yang dilakukannya. Dia mengorek-ngorek pasir dengan tangannya. Tak lama kemudian, datanglah seekor kucing yang masih kecil dan masih lucu untuk diajak bermain. Kucing itu tidak takut dengan kami, dan kalau di lempar batu, dia akan berguing-guling sendiri mencoba menangkap batu yang tadi kami lempar. Kata Haya, "Ma, liat kucingnya lagi nari," hohohoho, nak. Polos sekali cara berpikirmu.

Dia suka melihat kucingnya berguling-guling, sehingga dia kembali melempar batu-batu pada si kucing kecil.
"Lihat, kucingnya joged-joged," komentarnya sambil tertawa bahagia.

Masya Allah nak, bahagiamu adalah bahagia Bunda.
Seperti biasa, saat momen-momen ini bisa mengajari anak tentang nama-nama benda, mengingatkan kembali atas kekuasaan penciptaan Allah yang Maha Besar dan fenomena lainnya yang terjadi langsung di depan mata anak.Sehingga anak tak sekedar bermain saja, namun juga mendapat tambahan informasi yang bermanfaat baginya.

Jangan berkecil hati ketika anak belum merespon pada saat itu. Tetap sampaikan saja, karena anak tetap merekam apa yang kita ajarkan dan malah akn muncul di lain waktu pada saat yang terduga, membuat kita sebagai orang tua, selalu ternganga-nganga takjub mendengarnya.
"Loh, anakku ternyata merekam ya hal-hal aku sampaikan kemarin padanya saat ia asyik bermain,"
Makanya pastikan masukkan input yang baik-baik kepada anak tercinta.
Demikian Catatan Bunda Nin semoga bermanfaat :)




#hari03
#gamelevel9
#tantangan10hari
#thinkceative
#kuliahbundasayang 

#desember2019
#haya38months

@institut.ibu.profesional

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hujan Rintik-rintik, Airnya Bergelombang

Manajemen Waktu Bunda Nin versi Ayah Noer

Membuat Roti Boy Bersama Ayah