Puding Pasta Gigi ala Haya
Pagi ini berlangsung seperti biasa, rutinitas pagi berjalan normal. Setelah bangun tidur, pipis, cuci muka, tangan dan kaki. Kadang saya sekalian menyuruh Haya sikat gigi, tapi karena baru bangun biasanya dia belum mau, maka oke bisa di skip nanti sikat giginya pas mandi pagi saja. Kemudian, morning snack time bersama Ayah sebelum berangkat kerja. Main pagi sebentar, lalu mandi pagi. Saat mandi pagi, Alhamdulillah sudah mau sikat gigi sendiri seperti biasa. Tapi, biasanya juga karena pasta giginya masih baru alias masih penuh dan gampang untuk mengeluarkannya maka suka jadi maianan sama Haya.
Setelah buat sikat gigi, dia mengeluarkan pasta gigi ke dalam gayung yang sudah berisi air, lalu mengaduknya dengan sendok plastic hingga airnya berwarna putih. Setelah itu, dia menuangkan ke dalam cetakan agar-agar yang sebelumnya dia minta tolong saya untuk mengambilkannya. “Mau bikin pudding Bunda,” begitu katanya. Hmmm, dia ternyata meniru saya ketika membuatkan pudding atau agar-agar untuknya. Hoalah nak, nak…
Awal-awal saya membiarkannya saja, tapi semakin lama semakin betah mainan odol alias odol yang dipake semakin banyak dan artinya itu adalah odol yang ada akan cepat boros. Hal ini harus ditindak lanjuti, gumam saya. Baiklah, besok-besok no toleransi lagi. Saya harus memberi pengertian tegas pada Haya bahwa pasta gigi itu hanya boleh dipakai untuk sikat gigi saja. Selebihnya big no no untuk apapun.
Menemani Bunda ke Poli Gigi di Puskesmas
Lalu, agenda Haya hari ini adalah menemani saya pergi ke dokter gigi di puskesmas dekat rumah. Saya memang mau sedikit konsul sama dokter gigi mengenai gigi saya yang berlubang. Duuh, dari dulu saya sendiri sering berkencan sama dokter gigi, padahal saya sejak kecil rajin gosok gigi dan jarang makan permen. Usut punya usut, kata dokter gigi, rajin menyikat gigi saja tidak menjadi jaminan gigi sehat, cara menyikat giginya juga harus diperhatikan, waktu menyikat gigi dan pola makan juga. Tapi, saya sendiri juga bukan tipe orang yang suka minum es, apalagi setelah makan makanan yang panas. Saya lebih suka makanan hangat. Entahlah, qadarullahnya begitu. Oleh karenanya, memang masalah gigi ini bukanlah perkara sepele. Apalagi nanti ada masa ganti gigi susu ke gigi tetap. Dan dulu pengalaman saya, almh. Ibu saya selalu membawa saya untuk cabut gigi ke dokter gigi, tidak asal dicabut saja. Biar rapi, kata almh. Ibu saya dulu dan memang benar, gigi tetap saya sekarang rapi sekali tumbuhnya, tidak ada yang gingsul alias tumpang tindih satu sama lain. Alhamdulillah..
Saya sengaja membawa Haya, niatnya karena cuma ingin konsul dan juga sekaligus ingin mengedukasi dan memberi contoh kepada Haya bahwa dia pernah melihat Bundanya diperiksa oleh dokter gigi, jadi besok-besok kalau masanya dia harus pergi ke dokter gigi tidak perlu takut atau khawatir karena memang biasanya dokter yang sering ditemui pada masa anak-anak itu ya dokter gigi, selain dokter anak kalau pas lagi sakit atau perlu imunisasi khusus.
Awalnya, dia takut, sedikit menangis keras, namun kemudian diam. Saya mencoba memberi pengertian, dan saat saya duduk di kursi pasien untuk diperiksa giginya, Haya berada di samping saya, saya pegang tangannya. Ekspresinya masih sedikit takut tapi sudah tidak menangis. Hanya sebentar dokter memeriksa gigi saya, lalu saya konsultasi dengan dokter masalah kondisi gigi geraham saya saat ini. Untuk tindakan selanjutnya, memang lain kali saya harus datang sendiri ke poli tanpa ditemani anak agar tidak mengganggu jalannya pemeriksaan gigi.
Baiklah, tidak apa-apa, yang penting Haya sudah punya pengalaman masuk ke poli gigi. Nah, pulangnya, dia lalu bertanya-tanya sepanjang jalan.
“Bunda periksa apa?” “Gigi Bunda kenapa?” “Disuruh gini.. gini sama ibuknya,” katanya polos sambil menirukan posisi saya yang duduk di kursi dan membuka mulut lebar-lebar. Ah Haya.. sehat selalu ya nak..
Memasang Puzzle
Sebelum pergi ke puskesmas, saya sempatkan mampir ke toko untuk membeli minuman bekal Haya menemani saya nanti. Saat itu, di toko ada mainan puzzle untuk anak, dan akhirnya saya beli juga karena Haya belum punya mainan model ini di rumah. Piker saya juga, buat mainan saat menunggu saya nanti diperiksa. Ternyata, nggak jadi. Baru dibuka puzzle-nya saat sudah sampai rumah.
Dia pun antusias mencobanya. Awal-awalnya masih kesusahan menentukan mana pasangan yang tepat.
“Ini mana Bunda?” “Yang mana?” “Mana?” “Dipasang disini?” begitu terus berulang-ulang. Saya mencoba menyemangatinya. Kadang kala saya memberi petunjuk juga.
“Ayo, Haya bisa kok.” “Dicari dulu,” “Coba dipasang-pasang.” “Coba yang ini di sebelah situ.” “Kebalik sayang, coba diputar.” “Pelan-pelan masangnya,” begitulah sampai akhirnya dia bisa memang semuanya kembali. Lalu dia bongar lagi, dan coba pasang lagi. Masih belum lancer juga dan kadang kala muncul rasa kesal karena tidak bisa memasang dengan baik atau pas. Saya mencoba mengamatinya dan sesekali memberi petunjuk. Lama-lama saya biarkan dia main sendiri sampai akhirnya agak bosan.
Nah, bermain memasang puzzle ini juga termasuk merapikan maianan sendiri, bisa mandiri memasang puzzle seperti sedia kala tanpa banyak kesulitan. Hal ini juga bertujuan untuk melatih motoriknya juga. Semangat ya nak. Heheh… besok-besok pasti udah bisa dan lancer.
Meminta Ijin ke Belakang
Sama seperti saya melatih Haya untuk berkata “Bunda, Haya mau pipis,” yang sampai sekarang belum goal, saya juga harus melatih diri saya meminta ijin kepada Haya saat mau pergi atau melakukan aktifitas lain di saat saya sedang bersama dengan Haya.
Nah, kali ini saya memutuskan akan melatih ijin untuk pergi ke kamar mandi untuk BAK/BAB atau mandi kepada Haya. Karena selama ini ya, kadang masih drama kalau saya tinggal ke kamar mandi, nangis dan lalu menyusul saya ke depan kamar mandi, dan pintunya di ketuk-ketuk dari luar sambil terus menangis. Nah, hal ini juga harus saya latih agar Haya juga tak merasa kehilangan saat saya di kamar mandi sebentar dan dia berlatih mandiri tanpa ada yang menamani di dekatnya sebentar.
Saya amati Haya memang sudah tidak banyak drama lagi ketika saya tinggal ke kamar mandi sebentar. Alhamdulillah tabarakallah, good job Nak! Hehehe…
#hari7
#gamelevel1
#tantangan10hari
#melatihkemandirian
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
Komentar
Posting Komentar