Merayu Ayah
"Ayah, Yuk Jalan-jalan Yuk!”
kata saya kepada suami setelah sholat subuh. “Hmm..” kata suami yang masih rebahan di kasur dengan
mata terpejam.
“Haya, yuk ajak Ayah
jalan-jalan Yuk,” kata saya kepada Haya yang pagi ini dia sudah terbangun
sempurna bahkan sebelum adzan subuh terdengar.
“Yah, bangun Yah.. bangun,”
begitu kata Haya.
Si Ayah masih saja
terbaring enggan di atas kasur.
“Yah, yuk sekali-kali
jalan-jalan pagi bareng,” kata saya. “Mumpung Ayah libur dan mumpung masih pagi nih, masih seger,”
kata saya lagi. Sekali lagi saya mencoba mengajak Haya untuk membangunkan
Ayahnya yang masih kelihatan enggan, sementara saya mencoba memijit-mijit Ayah
sambil memutar otak bagaimana agar Ayah mau diajak jalan-jalan.
Memang, selama ini saya belajar bahwa ternyata si Ayah ini tipe rumahan, alias agak sedikit susah diajak keluar. Kalau ada agenda-agenda keluar, jauh-jauh hari sebelumnya saya harus mencari banyak strategi untuk bisa mengajak Ayah pergi ke suatu tempat.
Awalnya saya pun cepat naik emosinya, karena saya belum paham. Kenapa kok si Ayah susah sekali sih diajak keluar, diajak bersilaturahim ke tempat ini, itu, dll. Pernah saya coba tanya baik-baik, jawabannya ribet aja. Padahal, saya sudah mencoba menyiapkan segala sesuatunya. Ayah ya tinggal berangkat saja, begitu.
Ternyata, semakin kesini saya semakin paham, bahwa memang begitulah tipe Ayah, yang memang kurang suka pergi keluar-keluar. Saya semakin menyadari hal ini karena saya punya kenalan keluarga baru yang setelah saya mencoba ngobrol-ngobrol santai dengan si istri, saya mendapati kenyataan bahwa banyak hal yang mirip antara suami saya dengan tipe si istri ini, sementara saya malah mempunyai kemiripan dengan suaminya.
Contohnya, suatu saat ketika saya ngobrol berdua dengan si istri, dia berkata bahwa tidak terlalu suka atau sering bepergian keluar, terutama saat weekend, lalu hobinya lebih memilih nonton film. Persis seperti suami saya. Sedangkan suaminya sendiri, suka bepergian dan biasanya tiap weekend mereka selalu keluar entah hanya sekedar jalan-jalan di taman atau di sekitar kompleks rumah bersama hingga ke tempat wisata atau toko buku. Persis seperti keinginan dan harapan saya saat weekend tiba dan hobi si suami adalah membaca buku karena kebetulan beliau juga seorang penulis buku. Lagi-lagi persis seperti saya yang hobi membaca daripada menonton tapi bedanya sampai saat ini saya masih berjuang membuat buku sendiri. Doakan ya semoga tahun ini bisa terbit. Aamiiin yaa rabbal ‘alamiyna.
Setelah mengetahui kenyataan itu, saya sendiri akhirnya jadi makin semangat untuk mempelajari ilmu-ilmu kepribadian manusia sesuai teori yang dirumuskan oleh Bapak Farid Poniman yaitu STIFIn, karena setelah saya membaca-baca tentangnya, teori STIFIn itu benar-benar saya rasakan cocok sekali untuk menganalisa kepribadian seseorang dengan sangat mudah, sehingga bisa memudahkan kita ketika berinteraksi dengan seseorang agar tidak mudah baperan seperti saya yang akhirnya bisa memaklumi kalau ternyata suami saya adalah tipe suami rumahan, yang lebih senang berada di rumah saat weekend. Berbanding terbalik dengan saya, tipe petualang yang lebih suka menjelajah kemana-mana. Memang, begitulah seni hidup berumah tangga. Bahkan pada pasangan yang setipe pun pastinya akan selalu ada perbedaan yang ada karena pada dasarnya dari jenis kelaminnya saja juga sudah berbeda. Nah, dengan adanya pemahaman diri mengenai hal ini, maka tentunya bisa lebih mudah menemukan solusi ketika ada perbedaan pendapat tentang suatu hal.
“Yaah…bangun yah, bangun yah,” rengek Haya berkali-kali.
“Ayuk yah, mumpung Ayah juga lagi libur ini, tadi malam Ayah nggak tidur larut kan,” tanya saya dengan nada lembut.
Dulu-dulu, saat belum tahu tipenya Ayah, saya luamyan sering merajuk, malah kadang sedikit memaksa Ayah agar mau keluar bersama tanpa tahu kalau sebenarnya si Ayah lebih suka menghabiskan hari di rumah dengan menonton, berkebun bahkan sesekali mencoba resep baru. Yeay, saya juga baru tahu kalau ternyata Ayah punya hobi memasak. Hehehe…
Akhirnya, pada bujukan yang kesekian kalinya, Ayah pun mengangguk. Lalu setelah meluruskan punggung, beliau bangun dari tempat tidur yang langsung disambut sorakan riang Haya. Akhirnya, agenda kita pagi ini adalah jalan-jalan bersama. Oh, senangnya… syaa lalalalalaaaa….
"Jika seseorang telah benar-benar sepenuhnya bisa memahami, maka niscaya dia tak akan cepat terbawa emosi" (Nine Nindya)
#hari4
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
Komentar
Posting Komentar