Menjadi Orangtua yang Sholeh dan Sholehah

Tak terasa, waktu telah demikian cepat berlalu hingga tiba pada akhir tantangan game bunsay level 1 di hari ke 17 ini. Terima kasih sayang, terima kasih suamiku, terima kasih, malaikat kecilku, terima kasih keluarga kecilku yang telah menemani Bunda menerapkan ilmu-ilmu yang telah Bunda pelajari di kelas Bunda Sayang di level pertama ini.

Sampai saat ini, walaupun sudah tiba masanya untuk mengakhiri praktek penerapan materi komunikasi produktif untuk melangkah ke level berikutnya, namun proses panjang penerapan materi komprod yang ada tak akan pernah berhenti sampai disini saja.

Terima kasih suamiku, yang selalu sabar menemani diri ini untuk terus belajar menjadi seorang ibu dan istri yang baik bagi keluarga.

Terima kasih malaikat kecilku, engkau menjadi sarana dan sumber belajar bagi bunda ini untuk terus bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi daripada sebelumnya.

Walaupun terkadang, saat emosi negative itu datang, ada saatnya muncul rasa-rasa marah, gerah dan kecewa. Namun, ingatkan diri ini telah belajar banyak hal, belajar tentang materi komunikasi produktif, lalu kembali beristighfar dan mencoba kembali ke jalan yang benar. Itulah gunanya tuk terus belajar, agar kita senantiasa kembali ke jalan yang benar.

“Aku capek!” kata Haya sembari duduk di dekat kulkas. Saya terkejut. Dia sudah bisa merangai kata seperti itu dan tahu maksudnya. Ternyata memang selama ini dia meniru ayahnya yang suka berkata, “Ayah capek,” sembari duduk sambil minum air yang baru saja diambil dari dalam kulkas.

“Haya sayang Bunda. Haya sayang Ayah,” begitu katanya suatu ketika. Ah, tetiba ada perasaan hangat yang menjalar dalam diri ini mendengar si kecil berkata seperti itu. Memang, saya sering kali bilang kata-kata seperti itu, melagukannya, biasanya saat-saat malam kami bertiga berkumpul bersama unyel-unyelan di atas kasur. 

Saya kerap bilang, “Bunda sayang Haya, Haya sayang Bunda, Bunda sayang Ayah, Ayah sayang Haya, Haya sayang Bunda sayang Ayah, sayang mbah Kakung, Yang Ti, Om.. begitu seterusnya saya menyebut beberapa nama keluarga dekat yang telah dikenal Haya.

Dan beberapa ucapan maupun kalimat lain yang Haya tiru dari kami, Ayah dan Bundanya. Maka, betapa penting sekali bagi saya untuk terus belajar memperbaiki intonasi suara, ucapan, nada suara yang saya gunakan ketika berbicara. Masya Allah nak, tabarakallah. Teringat pesan dari Abah Ihsan, salah seorang guru parenting saya. Kita seringkali meminta anak untuk menjadi sholih, sholihah, namun sudahkah diri kita sendiri, sebagai orangtua juga sudah layak mendapat/menyandang predikita orang tua sholih sholihah?

Mari kita bercermin.

#hari17
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang

@institut.ibu.profesional



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hujan Rintik-rintik, Airnya Bergelombang

Membuat Es Krim Bersama Ayah

Jalan-jalan Ke Jogja