Pagi yang No Drama



Pagi ini, Haya bangun agak siang, eh siang banget malah karena pas dia bangun ayahnya sudah berangkat kerja. Efek kecapekan dari kemarin dan tadi malam sepertinya tidurnya tidak begitu nyenyak karena cuaca yang panas. 

Saat sudah bangun, saya menunggu beberapa saat agar Haya bisa mengumpukan nyawanya, hehe maksud saya memberinya kesempatan untuk ngulet kesana kemari dulu, lalu setelah itu mengajak Haya untuk pipis di kamar mandi. Ini yang selalu saya lakukan setelah Haya bangun tidur, baik tidur pagi, siang atau kadang tidur sore. Kadang dia mau bangun sendiri, berjalan ke kamar mandi, dan kadang, guling-guling teriak-terika nggak mau. Nah, kalau sudah kaya gini, biasanya saya langsung gotong ke kamar mandi walaupun anak berontak, lalu di kamar mandi, saya suruh jongkok dan akhirnya dia juga pipis. Inilah rutinitas yang saya lakukan untuk toilet training Haya. Dia sudah lepas pospak dan Alhamdulillah jarang ngompol, tapi memang belum bisa bilang, “Bunda aku mau pipis,” karena sayalah yang harus membawanya ke kamar mandi pada saat-saat tertentu, entah dia mau atau tidak, untuk pipis. Dan seringkali kalau sudah saya bawa ke kamar mandi dan saya suruh jongkok, maka dia pun akan pipis. Dengan begini, dia juga kadang belajar mengatur otot dan tubuhnya untuk pipis dalam keadaan jongkok di kamar mandi, soalnya setelah saya rutin melakukan hal ini, saat saya pakaikan pospak, dia tidak pipis di pospak, karena sudah mulai terbiasa kalau pipis harus jongkok di kamar mandi.

Oh ya, kemudian, setelah pipis, saya menyuruhnya untuk menyikat giginya dan tanpa dinyana dia langsung mengambil sendiri sikat giginya, membuka tutupnya, dan mengoleskan pasta di sikat giginya, dan mulai menggosok-gosok giginya walau sebentar, tanpa banyak drama. Alhamdulillah, ternyata selama ini dia nggak mau sikat gigi mungkin karena pengen ganti sikat gigi. Huhuhu, maafkan Bunda yang nggak peka ya nak. Lalu, berkumur, kadang saya skip juga, sekalian nanti setelah keluar dari kamar mandi saya suruh minum air tawar, kemudian, cuci muka, tangan dan kaki.
Setelah rutinitas kamar mandi pagi selesai, biasanya saatnya morning snack buat Haya, biasanya sih ditemani sama Ayah. Ini karena Ayah sudah berangkat ya sendiri aja ya nak. Lalu dia meminta pudding jambu dan Alhamdulillah dihabaiskan dua cup sendiri, dan dia makan sendiri dengan lahap tanpa disuapi. Saya hanya melihat terharu momen itu, dan gatel rasanya ingin mengambil hape dan mulai video mode on, tapiii takut drama akhirnya saya tahan dan nikmati momen saat itu.
Setelah itu, waktunya bermain sebentar, biasanya outdoor atau di dalam rumah tergantung mood anak. Saat itu, kebetulan Haya melihat Athan, teman main depan rumah sedang berada di depan rumah akhirnya dia meminta keluar. Haya mengeluarkan mobil-mobilannya untuk dinaiki, lalu Athan datang meminjam vespa mini Haya, dan mereka berdua bermain bersama. Saat itu, mamanya Athan datang sambil membawa sarapan pagi Athan. Sekalian saya akhirnya mengambil sarapan paginya Haya, dan menyuapinya. Biasanya Haya kalau ada teman makan jadi semangat makan. Kadang, saya memang masih menyuapi Haya sambil berjalan-jalan di luar rumah, biasanya pada sore hari. Kalau pagi dan siang hari biasanya makan di dalam rumah. Pagi biasanya mentok di teras atau halaman rumah saja. Tapi kadang, Haya juga mengambil sendoknya sendiri, tugas saya hanya membawa mangkok makannya Haya saja. Hehehe…

Tak berapa lama, mama Athan membawa Athan pulang karena dia mulai bertingkah. Memang ya, anak laki-laki kadang lebih aktif daripada anak perempuan, dan mamanya sepertinya sudah gemas, jadi ia membawanya pulang, alasannya mau mandi pagi dulu. Haya sendiri bisanya saya mandiin agak siang, apalagi kalau pagi dia aktifitas di luar rumah, jadi biar sekalian puas mainnya.


Da daa Bundaa

Setelah kira-kira cukup puas main di luar, saya menyuruhnya mandi pagi. Ya, Alhamdulillah no drama juga. Setelah mandi dang anti baju (kadang, dia sudah meminta memakai celana sendiri, “satu-satu ya,” katanya dengan logat khasnya menirukan saya saat memberi instruksi ke Haya untuk memakai celananya. Maksudnya masukkan kaki satu ke lubang kanan, dan satunya ke lubang yang kiri karena awal-awal belajar memakai celana sendiri pasti jadinya kostum duyung alias kedua kaki dimasukkan ke lubang yang sama.

Kemudian, dia bermain sebentar di rumah. Dan setelah agak bosan dengan mainanya dia meminta saya untuk membantu mengenakan tas pus meongnya. Saya bilang, loh, Haya mau kemana? Udah mainnya? Ini yang ini diberesi dulu tho…. Tapi dia tidak mau. Saya coba bujuk sekali lagi dan dia tetap tidak mau memberesi mainanya. Lalu, sebentar kemudian, dia mencopot tasnya, minta dipakaikan tas legonya. Setelah itu, dia beranjak menuju ke pintu, minta dibukakan pintu.


“Haya mau kemana, nak?” tanya saya. “Mau main ke tempat kakak?” tanya saya lagi. Dia hanya tersenyum malu-malu.
“Kalau mau main, bilang dulu ya, Bunda, Haya mau main ke tempat kakak, gitu ya,” kata saya. Dia tetap saja bilang tapi melambaikan tangannya kemudian berlalu ke rumah sebelah setelah memakai sandal.


Saya mengamati Haya dari jauh, menuju pintu rumah sebelah, rumah ibu kos saya yang memang jadi satu terasnya dengan rumah yang kami tinggali, jadi tidak perlu keluar pagar untuk menuju ke rumah ibu kos. Saat itu, kakak Endro (anak bungsu ibu kos) masih libur sekolah, jadi dia masih di rumah. Biasanya saya membiarkan Haya bermain sebentar sebelum akhirnya saya susul. Hal ini saya lakukan untuk memberi kepercayaan pada Haya dan juga melatih keberaniannya bahwa dia bisa main sendiri ke rumah teman.


Mengevaluasi Ajian Aji Mumpung

Sepeninggal Haya, saya akhirnya merapikan beberapa mainan Haya yang berserakan, mengumpulkannya di lemari mainan Haya. Sembari rapi-rapi, saya merenungi konsep aji mumpung yang masih saya pakai untuk hal meminta ijin kepada Haya saat akan melakukan sesuatu. Saya berfikir lagi, bahwa untuk membiasakan diri terhadap sesuatu atau kebiasaan baru, tentunya harus step by step, selangkah demi selangkah, tidak harus sekaligus dilakukan. Oleh karenanya saya pun membuat daftar tentang perijinan saya kepada Haya, terutama saat saya sedang bersama Haya atau menemani Haya bermain:

·         Meminta ijin ke belakang (BAK/BAB)
·         Meminta ijin untuk mandi sebentar (mandi emak super kilat)
·         Meminta ijin untuk cuci piring
·         Meminta ijin untuk memasak (mengajak menemani Bunda memasak di dapur)
·         Meminta ijin untuk memegang hp sebentar

Dan dari beberapa hal di atas, tidak semua lalu saya harus mempraktekannya sekaligus seperti yang sudah-sudah. Maka, mulai kali ini saya coba untuk memilih untuk meminta ijin ke belakang, mandi dan cuci piring. Lainnya, masih bolehlah pakai ajian aji mumpung, hihihi…



#hari6
#gamelevel1
#tantangan10hari
#
melatihkemandirian
#kuliahbundasayang


@institut.ibu.profesional


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hujan Rintik-rintik, Airnya Bergelombang

Membuat Es Krim Bersama Ayah

Jalan-jalan Ke Jogja