Belajar dan Berlatih Bersama



Bismillahirrahmanirrahim…

Masuk ke level 2 Bunsay dengan tema melatih kemandirian. Dan awal-awal pasti banyak yang langsung focus kepada melatih kemandirian anak, padahal sebelum melangkah kesana, masih ada yang perlu dipertanyakan terlebih dahulu. Bagaimana dengan kemandirian emak? Sudahkah emak juga menjadi pribadi mandiri? Tanya diri sendiri. Pertanyaan yang sederhana tapi jawabannya ternyata dalam. Sangat dalam perlu perenungan malah. Huhuhu…

Putri pertama saya, Haya saat ini sudah menginjak usia 30 bulan atau 2.5 tahun. Ah tak terasa saja ya, tau-tau sudah sebesar ini.
Untuk level kemandirian yang biasanya mulai dilatihkan pada usia ini adalah berkisar seputar persapihan, toilet training, makan sendiri dg belajr adab-adab makan, sikat gigi sendiri, mandi sendiri, pakai baju sendiri, merapikan mainan sendiri, membuat susu sendiri, belajar menyisir rambut sendiri, membuang sampah sendiri ke tempat sampah, mengucapkan terima kasih saat menerima sesuatu barang ataupun bantuan, mengucapkan tolong saat meminta bantuan, mengucapkan salam saat keluar dan masuk rumah, meminta ijin saat keluar rumah atau mau melakukan sesuatu, belajar berdoa ketika melakukan sesuatu, berdoa ketika keluar rumah, meletakkan piring, gelas, botol kosong di tempat cucian piring, meletakkan baju kotor di ember.

Itu adalah beberapa daftar yang sudah mulai saya terapkan dan ajarkan untuk Haya di rumah. Sebuah daftar yang panjang yang menajdi tugas emak di rumah. Ternyata oh ternyata, tugas emak itu kalau di list panjangnya bisa melebihi rangkaian gerbong KAI yang digabung jadi satu dari Sabang sampai Merauke. Dan oh.. oh sungguh berat nian. Makanya, itulah kenapa disebutkan bahwa Surga ada di telapak kaki para Ibu, bukan Bapak. Masya Allah.. Kadang kala, beberapa orang tua masih menggampangkan hal-hal seperti ini. Alah, nanti juga kalau sudah mulai besar sudah bisa sendiri kok. Masa nanati mau makan disuapin terus? mau mandi dimandiin terus? Nanti-nanti palingan juga bisa sendiri kok. Eetapii bu ibu semua.. beda kan hasilnya antara hal-hal yang memang diajarkan dan dilatih sama hal-hal yang dicoba pake trial and error?Dan saya punya bukti bahwa, ada anak yang sudah kelas  4 SD tapi kalau makan itu, masih minta disuapin, diambilkan makanan, padahal hidangan sudah tersedia di meja makan. Ada loh, dan saya melihat dan mendengar ceritanya sendiri dari orang yang memang dekat dengan keseharian anak itu. Malah ibunya sendiri yang cerita. Loh.. Ya, begitulah bu ibu.. kenapa emak harus terus belajar, belajar yang banyak terus upgrade diri kita sebgai ibu pembelajar sejati...

Nah, untuk awalan sebagai tugas minggu pertama di level 2 bunsay ini, saya mau memilih dua hal untuk ditelateni kembali, yakni melatih anak untuk sikat gigi sendiri dan juga melatih untuk terbiasa meminta ijin jika mau pergi keluar/ main atau mau melakukan sesuatu.

Kebiasaan Sikat Gigi Haya

Awalnya, pembiasaan sikat gigi Haya ini berlangsung rutin, aman, dan tidak banyak terkendala. Namun, kemarin pasca sakit (awalnya demam, lalu batuk berdahak dan sedikit pilek), jadi sama sekali tidak mau menyikat gigi. Saya sempat berfikir, apaah karena saya memberi kelonggaran ya, saat sakit saya memang tidak memaksanya untuk sikat gigi, atau entah karena sebab apa, saya sendiri belum tahu dan sedang berusaha mencari tahu disamping terus membujuk anak agar mau menyikat giginya kembali. Saya biasanya membiasakan Haya untuk menyikat giginya, saat mandi pagi dan malam sebelum tidur. Nah, kemarin-kemarin malah kadang minta sikat gigi sendiri setiap kali mandi, bahkan tiap kali masuk kamar mandi. Ya, ada pajaknya kadang yaitu pasta gigi jadi bahan mainan anak. Nah, kali ini bahkan disuruh membuka mulut saja tidak mau saat diminta menyikat giginya.

Pengalaman kemarin saat sikat gigi malam sebelum tidur, saya sudah berusaha menyontohkan, bahkan Haya biasanya malah yang membantu menyikat gigi saya. Dia meminta sikat gigi saya, meminta saya berjongkok agar sejajar dengannya, dan mulailah ia menyikat gigi saya. Hal ini memang saya lakukan untuk memotivasinya. Biasanya, saat ia menyikat gigi saya, maka gentian saya sembari menyikat giginya juga. Menyuruhnya buka mulut agar sikat giginya bisa menjangkau gigi gerahamnya.

Tapi, malam ini bahkan membuak mulut pun ia tak mau. Kadang, sempat gemas ingin rasanya langsung memaksa memegang mulitnya dan saya sikatkan ke giginya walau hanya gigi depan saja yang kena sikat, soalnya emak agak khawatir melihat gigi depannya sudah agak kuning, jadi dari rasa khawatir timbul rasa cemas jadi gemas dan ujung0ujungnya membakar emosi. Ya Allah… sebisa mungkin say acoba tahan. Hayoo.. udah belajar banyak hal kemarin-kemarin (saya mengingatkan diri sendiri), apapun itu kalau dilakukan disertai dengan hawa emosi (negative) tidak akan baik, tidak akan maksimal hasilnya. Alhamdulillah saya masih bisa menahan diri untuk memaksa anak menyikat gigi. Ya, konsekuensinya, gigi anak masih belum tersikat sampai sekarang. Huhuhu…

Solusinya, atur strategi. Dari dikusi dengan teman-teman sekelas di Bunsay dan juga di Peer Group banyak yang memberi masukan, mulai dikasih tontonan video tentang menyikat gigi, disounding, dikasih tahu baik-baik, belikan sikat gigi dan pasta gigi baru (yang menarik  perhatian anak), dan tips-tips lainnya yang perlu saya susun sedemikian rupa untuk memulai perjuangan emak dalam rangka menyehatkan gigi anak. Ya Allah, kuatkan hambaMu yaa Rabb.

Lalu, poin yang kedua adalah mengenai masalah meminta ijin ketika ingin pergi (keluar rumah, main) atau mau melakukan sesuatu (mengambil ini, itu, melakukan ini, itu) dll.
Saya ingin melatihnya kepada Haya, karena pada saat yang bersamaan saya juga ingin melatih diri saya akan hal ini kepada anak.

Kemarin saya baru saja membaca pernyataan yang makjleb menurut saya disela-sela obrolan emak dalam grup IP Semarang. Di antaranya ya hal ini, membiasakan diri untuk meminta ijin kepada anak kalau mau melakukan sesuatu, missal, meminta ijin mau mandi, sholat, masak, mencuci piring kepada anak, apalagi saat sedang melakukan aktifitas berdua (main) dengan anak. Sepertinya sepele bukan? Tapi dengan dasar ini, latihan hal-hal seperti ini, dampaknya nanti kalau sudah besar, terutama saat anak sedang jauhh dari orang tua, maka anak pun akan terbiasa memberi tahu orang tua ia sedang apa, melakukan apa, dimana, istilahnya sama saja dengan meminta do’a restu dari orang tua, begitu.

Nah, bagi diri saya sendiri, kadang saya suka ngeloyor aja gitu, saat asyik main berdua dengan anak, tiba-tiba saya kebelet mau BAK, lalu pergi begitu saja. Haya saat ini memang sudah tidak begitu drama ketika ditinggal main sendirian, kalau di dalam rumah, kalau di luar rumah asal ada yang menemani saja tidak apa-apa.  Nah, kadang Haya pun teriak mencari saya, menyadari Bundanya yang barusan ada di sampingnyu kalau saya mendadak menghilang. Lalu, saya buru-buru teriak memberi tahu kalau saya sedang di kamar mandi dan buru-buru pula menuntaskan prosesi BAK saya. Duh, sebuah kebiasaan yang perlu diperbaiki menjadi lebih santun lagi.

Baiklah nak, ayo kita belajar dan berlatih bersama!
Bersama kita bisa, yeay!



#hari1
#gamelevel1
#tantangan10hari
#
melatihkemandirian
#kuliahbundasayang


@institut.ibu.profesional


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hujan Rintik-rintik, Airnya Bergelombang

Membuat Es Krim Bersama Ayah

Jalan-jalan Ke Jogja