Refleksi: Sebuah Perjalanan Panjang Membentuk Pola Komunikasi yang Baik, Benar dan Produktif
Ada sebuah novel yang sampai sekarang menjadi novel favorit saya yaitu novel The Alchemist karya Paulo Coelho. Novel yang cukup tipis saja tapi isinya sarat makna menurut saya.
Novel itu bercerita tentang perjalanan seorang pemuda penggembala bernama Santiago mencari harta karun di tempat yang sering ia impikan. Dia biasa menggembala sendiri puluhan ekor domba-dombanya dan biasa beristirahat di sebuah reruntuhan bangunan yang dulunya adalah sebuah gereja. Nah, saat di tertidur, dia selalu bermimpi bahwa seseorang memberitahunya untuk pergi ke tempat Piramida Mesir berkata. Galilah suatu tempat di sana, dan kau akan menemukan tumpukan harta karun. Awalnya, ia tak menggubris mimpinya itu, tapi semakin sering ia bermimpi hingga akhirnya ia pun membulatkan tekad untuk melakukan perjalanan jauh itu ke tempat yang sering dilihatnya dalam mimpinya.
Berbekal tabungan hasil dia menjadi penggembala selama ini, dia pun berangkat. Tentunya banyak hal menghadang selama perjalanannya. Dirampok semua perbekalannya, ditipu orang, bertemu dengan berbagai macam karakter orang dan berbagai pengalaman lain yang dia alami. Juga motivasinya yang kadang surut dan berkembang bagai layar kapal yang diombang-ambingkan gelombang lautan, membuat ia suatu waktu merasa lebih baik kembali saja ke tempat asalnya dan suatu waktu ia kembali bersemangat mengejar impiannya yang bagi sebagian orang itu hanya omong kosong belaka. Waktu tempuh normal dari tempatnya berada menuju tempat tujuan sebenarnya hanya dua bulan, tapi akhirnya dia berhasil mencapai tempat tujuan yang sering ia impikan itu selang waktu dua tahun sejak keberangkatannya.
Singkat cerita, ia sampai di tempat yang dia sering impikan dalam mimpinya. Tapi, nahas, disana dia justru diserang sekelompok begal yang mengeroyoknya hingga terkapar dan lagi-lagi merampok semua harta benda yang telah dikumpulkan selama perjalananya. Sebelum kawanan begal itu meninggalkan ia dalam keadaan sekarat, sang pemimpin begal berkata kepadanya, “Apakah kamu pergi kesini karena kamu bermimpi bahwa disini ada bongkahan emas yang terkubur di dalam tanah? Heh, heh, heh… sungguh bodoh dirimu. Aku juga sering bermimpi bahwa ada sebuah harta karun terpendam di sebuah reuntuhan bekas gereja. Tapi aku tidak akan sebodoh dirimu, menyia-nyiakan waktu, tenaga dan usiaku untuk hal-ha yang mustahil.”
Demi mendengar kalimat terakhir sang pemimpin begal, semangatnya yang hamper padam membuat ia bangkit kembali, melawan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Demi Tuhan, tempat yang disebutkan si begal itu adalah tempat di mana Santiago memulai awal perjalannya. Tempat ia biasa beristirahat saat menggembala domba-dombanya.
Setelah memulihkan dirinya, ia pun lalu memulai perjalannya pulang kembali. Dan Ya Tuhan, benarlah bahwa memang nyata setelah ia bekerja keras menggali, terpampang di hadapannya harta karun terpenda yang tak ternilai harganya di tempat yang biasa ia pakai untuk beristirahat saat menggembala domba-dombanya. Di sebuah reruntuhan bekas gereja yang sudah tak terpakai lagi.
Satu hal yang saya pelajari dalam kisah Santiago ini, tentang sebuah perjalanan yang dilakukan oleh seorang hamba atas scenario Tuhan untuk memantaskan hambaNya mendapat apa yang seharusnya ia dapatkan (takdirnya), atau mendapat sesuatu yang dicita-citakan oleh seorang hamba.
Takdir Santiago mungkin saja memang menjadi orang kaya, karena selama ini ia adalah orang yang sering menempati sebuah tempat, dimana ada harta karun yang terpendam di dalamnya. Namun, sebelum Santiago mendapatkan kekayaan itu, Tuhan ingin memantaskan dirinya, dengan perjalanan-perjalanan yang sebelumnya telah dilakukan oleh Santigao. Maka, ketika tiba saatnya dia mendapatkan harta kekayaan yang begitu besar, ia tidak lagi bingung, bagaimana mengelola harta yang demikian besar karena ia telah belajar banyak hal selama perjalanan yang ditempuhnya, ia telah bertemu banyak orang, mulai dari orang buangan hingga orang berkuasa. Karena Santiago yang sekarang telah menjelma menjadi seorang pemuda yang berwawasan luas dan kuat, bukan lagi seorang pemuda lugu penggembala domba.
Begitu pula dengan apa yang saya alami sekarang ini, saat saya belajar dan mencoba mengamalkan ilmu yang saya pelajari, agar kelak saya bisa menjadi orang yang ahli, menguasai ilmu-ilmu yang telah saya pelajari.
Bukan hal yang mudah menerapkan ilmu tentang komunikasi produktif yang berkaitan dengan banyak kaidah di dalamnya. Menerapkan materi komprod dengan anak, pasangan, orang tua, teman atau masyarakat pada umumnya. Perlu banyak latihan dan proses panjang agar saya bisa menjadi mahir, dan akhirnya bisa menguasai seni berkomunikasi yang baik, benar dan produktif.
Dalam perjalanan saya menerapkan materi-materi komprod, tidak hanya gangguan dari dalam diri saya (emosi-emosi dan prasangka-prasangka negative), namun banyak juga gangguan yang dating dari luar. Bertemu dengan orang yang menjengkelkan, menyebalkan, diajak ngomong kok nggak nyambungan, suka ngajak ngomong selalu dengan intonasi suara tinggi sehingga kita merasa menjadi tertuduh atau terdakwa setiap kali bicara dengannya, salam paham atau misskomunikasi, dan berbagai factor lainnya. Hadirnya pasangan yang kini menemani separuh perjalanan saya, anak-anak, orang tua, teman atau lingkungan baru, turut memberikan banyak pengalaman-pengalaman yang semakin seru dalam penerapan praktek komunikasi produktif ini bagi saya sendiri.
Semua itu membuat saya sadar bahwa saya harus terus banyak belajar, untuk tidak cepat berpuas diri akan hasil yang telah saya capai hingga saat ini. Hingga akhirnya saya akan bisa mengelola diri sendiri ke level tingkat tinggi baik ketika berkomunikasi dengan diri sendiri, maupun dengan orang lain. Istilah gaulnya, nggak mudah baperan menghadapi orang dengan berbagai gaya komunikasi, dan juga bagi diri saya sendiri, berhasil mengasah dan mengelola pola komunikasi saya dengan baik, sehingga apa yang saya ucapkan maupun tuliskan, bisa menjadi sumber manfaat bagi orang lain, tidak ambigu, tidak kaku dan wagu. Semoga.
#hari15
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
Komentar
Posting Komentar